Assalamualaikum Sahabats ..
Masih ada beberapa hari lagi sebelum bulan puasa, jadi mari kita manfaatkan untuk ngebolang ya. Kami nggak pengen pergi jauh-jauh, tapi pengen cari suasana yang cukup berbeda dari Semarang karena lagi merindukan pemandangan yang ijo royo-royo dan udara yang segar. Jadi sasaran kami hari itu adalah Ungaran. Let’s find something interesting out there. 🙂
Honestly .. setelah beberapa kali membawa Nadia camping, aku jadi tergoda untuk mengajak Nadia ke tempat-tempat yang memerlukan sedikit perjuangan. Kebetulan beberapa hari sebelum berangkat Nadia merengek minta dibeliin boneka karakter Frozen, padahal mainannya udah segambreng. Jadi kubilang silakan nabung dulu nanti kekurangannya mama tambahi. Selain ngajarin Nadia sabar, aku juga mau menekankan semuanya itu butuh perjuangan. Nggak bisa minta langsung dapet seketika.
Jadi dengan membawa misi penting #halaahh… mengajarkan Nadia arti bersusah-susah dahulu,s enang kemudian, kami mengarahkan si merah menuju sebuah curug yang tersembunyi di balik rimbunnya hutan di kaki gunung Ungaran. Yep .. you got it, It’s Curug Sewu dan Curug Benowo.
How to Get There
Menuju desa Kalisade, dari Semarang itu gampang banget kok. Setelah exit tol Ungaran, Arahkan kendaraan kalian kearah terminal Sisemut terus saja menuju Gunung Pati. Kalau kalian sudah menemukan Kecamatan Gunung Pati lurus beberapa meter kemudian belok kiri, dari situ sudah ada papan petunjuk jalan. Ikuti saja jalannya yang terus menanjak sambil menikmati perkebunan Cengkih di kanan-kiri kita. Adem banget deh pemandangannya.
Sampai di pintu masuk, bukan berarti perjuangan kita sudah usai. Justru dari pintu gerbang inilah semuanya berawal. Dari tempat parkir menuju curug kita harus melewati jalan setapak yang panjaaaaaaaannggggg dan jaaaauuuuuuuuhhhh bangeeeeeeetttt. Ini bukan lebai lho guys tapi beneran deh … kita harus jalan kaki di jalan yang hanya bisa dilalui dua orang maksimal, disisi kiri ada hutan yang rimbun dan jurang dibawahnya. Saking rimbunnya sinar matahari pun susah menembus lokasi. So yes .. not only narrow but it is also dark!!
The Beauty
Eeeehh .. jangan salah sangka, the beuty its not me although I am beautiful. #digerudukmassa
Jadi rupanya ada dua air terjun dalam satu kawasan ini dan keduanya harus dilalui dengan perjuangan yang panjang dan lamaaa. Jalan kaki kurang lebih 7-8km dengan medan yang sempit dan nanjak. Dan misi penting yang aku bawa dalam perjalanan ini bener-bener terasa. Untungnya cuacanya sejuk jadi kita nggak kepanasan. Susah cukup berat menyelesaikan medan yang harus kita lalui, rasanya nggak perlu ditambah dengan masalah bau badan karena keringetan. 😛
Anyway … medan berat itu terasa ringat berkat pemandangan cantik di sepanjang jalan. Ada jembatan merah yang entah kenapa kelihatan romantis banget. Dibawahnya ada suara gemericik air, sementara diatasnya pepohonan hijau memayungi kita sepanjang jalan kita. Akan jadi cerita romantis saat kita berjalan disini bersama pasangan (yang tentunya romantis) dan sayangnya pasanganku tak begitu adanya. Abang mah sibuk sama kameranya, ya udin aku ngejer kupu-kupu aja ma Nadia. #mewek
Oya .. jembatan ini mengingatkan aku sama jembatan merah di serial Meteor Garden part2. Inget nggak sih ada beberapa adegan di sebuah jembatan di desa tempat Sanchai tinggal itu. Aku kok terbayang-bayang jembatan itu. Jangan sampai lupa nyelfie yah kalau udah sampai di jembatan ini, fotoable banget deh. 😉
Mengingat medannya yang cukup panjang jangan ragu untuk istirahat sejenak kalau memang kita nggak kuat. Ada beberapa spot dimana kita bisa duduk dan rehat sejenak. Ada sebuah tempat dimana kita bisa rehat sambil ngopi dan ngisi bahan bakar supaya nggak lemes. Oya ini adalah satu-satunya tempat dimana ada penjual, jadi kalau memang nggak bawa perbekalan isi perut dulu disini ya. Kalau saran aku sih bawa perbekalan sendiri, terutama air yes. Selain makan kita bisa menikmati air terjun yang memang nggak terlalu tinggi tapi cantik. Lumayan buat main-main sembari mengistirahatkan kaki yang mulai pegel.
Oke … perut kenyang, capek ilang … kita lanjuuuuttt……
Suara air terjun sudah mulai terdengar, beriringan dengan nafas yang mulai ngos-ngosan karena jalannya mulai nanjak. Pengen berhenti lagi tapi inget kata-kata sendiri, “there’s something worth fighting for and these waterfalls are definitely worth the fight (and sweat). 😛
And it’s true …. begitu air terjun terlihat dan ketika percikan air gunung itu menyentuh kulitmu entah kemana perginya semua lelah itu. Splish .. splash …. splosh …… mari main air…. 🙂 Rada panik juga liat Nadia yang mulai lesu, tapi alhamdhulilah begitu liat si curug seger lagi dia. Hari itu kami memutuskan ke curug Benowo dulu supaya Nadia nggak terlalu capek. Kalau kalian punya banyak waktu dan tenaga, sekalian aja menjelajahi curug Sewu yah.
Melihat air gunung yang terjun dari sela-sela bebatuan itu memang sesuatu ya. Suara derasnya, gemericik airnya yang sampai ke kulitmu, seperti membawa semangat dan harapan baru. Nggak nyesel deh ngo-ngosan sampai kemari, It is sooooo amazing. 🙂
“Jadi kak … kalau kepengen apa-apa mulai sekarang harus berusaha ya. Nadia jalan sampa atas capek kan? Tapi alhamdhulilah seneng ya pas bisa main air disini. Sama juga kalau Nadia nabung sisa uang jajan Nadia. Nanti pas beli boneka Frozen pake uang sendiri pasti seneng deh. Semangat nabung ya mulai hari ini supaya bisa beli apa aja yang kakak mau.”
Semoga perjalanan ini mengajarkanmu sesuatu nak. Hidup itu penuh perjuangan. Kadang jalan yang kita lalui mulus, kadang sempit, berat, bahkan terjal, tapi semua jalan itu membawa pengalaman yang akan memperkaya hidupmu. Berjalan terus nak .. jangan berhenti sebelum mimpimu tercapai. Mama disini, siap melangitkan mimpimu dalam doa. Love you baby. :*
#karenatravelingitumengajarkanmubanyakhalindah
No comments:
Post a Comment