Assalamualaikum Sahabats ….
Alhamdhulilah wa syukurilah tahun ini aku berhasil melahirkan naskah buku traveling. Kali ini terasa lebih spesial karena kedua naskah buku ini berhasil terbit lewat penerbit Mayor. Bangga? Pasti lah tapi juga semangat untuk terus menulis di genre traveling. Bukan karena mau ngikutin trend semata tapi karena memang genre ini adalah genre yang gue banget hahahha…. 🙂
Berawal dari kerja keras hampir selama setahun bersama partner nulis Fenny Ferawati dan Ika Koentjoro, buku 3 Emak Gaul Keliling Kota ini resmi nangkring cantik di seluruh toko buku di Indonesia. Semoga buku ini bermanfaat dan bisa jadi referensi ketika jelajah Museum di Jogjakarta, Solo, dan Semarang.
Sejujurnya sempet ragu juga apakah buku panduan traveling ini bakalan laku nggak secara orang Indonesia nggak terlalu familier sama Museum. Setiap kata traveling muncul, yang terbayang selalu tempat cantik seperti pantai, danau, gunung, atau wisata kuliner. Museum selalu jadi alternatif terakhir. Museum memang butuh sentuhan khusus supaya bisa diterima banyak orang.
Mungkin inilah juga yang mendasari Penerbit BIP membuka lowongan untuk naskah buku traveling yang merupakan panduan wisata Museum. Sepertinya sejalan juga dengan rencana pemerintah yang tahun ini ingin meningkatkan kunjungan masyarakat ke Museum. Belum tahu apa terobosan pemerintah dalam hal ini, yang jelas tahun ini BIP mengeluarkan beberapa buku traveling dan hampir semuanya adalah panduan wisata Museum.
Buku panduan inilah yang insyaallah akan menggerakkan hati para traveler di Indonesia untuk mulai menghargai sejarah dan budaya bangsa dengan berkunjung ke Museum. Banyak banget ilmu baru yang bisa kita ambil dari penjelajahan Museum. Nggak percaya? Beli dan baca deh buku 3 Emak Gaul Keliling Kota. 😛
Ketidakyakinan yang sempet terbersit di awal alhamdhulilah langsung lenyap begitu melihat semangat mak Fenny dan mak Ika untuk promosi, belum lagi dukungan penuh dari BIP. Sumpah aku pribadi merasa tersanjung banget begitu dihargai sama penerbit. Siapa sih aku ini? Nulis juga baru kemarin sore, buku yang terbit juga baru berapa gelintir tapi support dari BIP nggak tanggung-tanggung.
Bahkan ketika kami punya ide untuk talkshow di beberapa kota, ide kami diterima dengan tangah terbuka. Buat orang atau penerbit lain, ide ini mungkin terasa gila atau lebay. Penulis baru aja sok-sok an talkshow, emang ada yang dateng gitu?? Semua ragu itu ternyata cuma perasaan minder aja dan terbukti 2 talkshow di 2 kota yang sudah kami jalani berjalan lancar. 🙂
Dari jauh BIP dalam hal ini melalui mas Leo Paramadita membantu menyiapkan semuanya. Dari perizinan sampai hal kecil seperti banner untuk acara, komunikasi dengan pihak toko buku, semuanya lah. Kami bener-bener dipandu dan dibantu. Sebagai penulis baru kami merasa sangat dihargai. Makasih ya BIP. 🙂
Talkshow pertama di Gramedia Solo square berjalan lancar, begitu juga dengan talkshow di Gramedia Pandanaran, Sabtu 12 Desember 2015 lalu. Setengah jam sebelum acara dimulai Semarang, sempat diguyur hujan. Aku dan Fenny yang sudah janjian tampil mathcing dengan jilbab segiempat yang sama sempet galau juga rasanya. Takut kalau talkshow kami nggak laku karena temen-temen pada kehujanan. Ternyata hampir semua kursi terisi penuh, pengunjung yang nggak duduk pun ikut curi dengar dari jauh. Banyak pertanyaan bermunculan dari peserta talkshow yang harus kami layani satu persatu.
Beberapa sahabat dari komunitas IIDN Semarang dan Gandjel Rel juga ikut meramaikan acara. Mahasiswa aku juga ikutan nimbrung disini. Terima kasih buat semua pihak yang sudah membantu juga buat semua yang datang ke Talkshow kami Sabtu lalu.
Lagi-lagi aku teringat dengan sebuah kalimat yang selalu jadi mantra dan penyemangatku, “Nothing is impossible if we put our heart and soul to reach our drem.”
No comments:
Post a Comment