Wednesday, April 5, 2017

Nostalgia di Pasar Klitikan

Assalamualaikum Sahabats

Yesterday is history. Tomorrow is mystery, but today is a gift.

Sahabats pernah dong mendengar quote di atas? Masa lalu itu bagian dari sejarah. Bagi sebagian orang masa lalu itu dibuang jauh-jauh dan dilupakan. Masa lalu bukan hal yang menyenangkan untuk diperbincangkan. Ada benarnya juga sih tapi kan banyak hal yang bisa diambil bahkan sekedar memori indah dari benda-benda dari sepenggal kisah dari masa lalu kita.

 

Aku pecinta sejarah terutama bangunan-bangunan tua. Setiap kali menikmati keindahan mereka ada rasa penasaran akan kisah mereka di masa lalu. Kerinduan akan cerita masa lalu inilah yang membawaku lagi-lagi menginjakkan kaki di kota lama Semarang. Sebuah sudut kecil diluasnya kota Semarang yang masih menyimpan sisa-sisa cerita akan kejayaan kota Semarang di masa lampau.

Tak hanya gedung-gedung tuanya yang kini sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi tempat wisata dan café, tiap sudut-sudut jalan pun punya cerita yang unik. Dahulu kota lama adalah jantungnya kota Semarang yang dikenal dunia dengan Little Netherland. Saat ini beberapa gedung masih berdiri kokoh, Gereja Blenduk adalah salah satunya.

Gereja Protestan pertama di Semarang ini masih berdiri kokoh sejak pertama kali dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di tahun 1753 dan hingga kini keindahannya bahkan menjadi trade mark kota Semarang sampai saat ini. Gereja Blenduk tak pernah kehilangan penggemarnya, apalagi sejak Pemerintah Kota Semarang mempercantik Taman Srigunting yang berada persis di samping Gereja Blenduk. Semakin banyak orang datang untuk sekedar duduk dan berbincang di seputaran Taman Srigunting sambil sesekali ber selfie di sana sini.

Persis di samping Taman Srigunting  ada sebuah pasar kecil yang mengingatkanku akan Pasar Triwindu di Solo. Pasar yang menjual berbagai macam jenis barang antik dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga yang lumayan terjangkau.

 

Pasar Klitian di Kota Lama Semarang ini memiliki konsep yang sama meskipun tak seluas dan selengkap pasar Triwindu. Sebagai pecinta sejarah, menyusuri Pasar Klitian ini sangat mengasyikkan buatku. Sambil menikmati barang-barang antik, sesekali senyumku tersungging melihat barang-barang yang begitu familiar di masa kecilku sembari bernostalgia mengenang masa kecil yang menyenangkan. Gimana nggak happy lihat novel Agatha Christie yang sangat kugemari ditawarkan dengan harga yang murah. Setelah tawar menawar dengan penjual akhirnya novel tua ini siap menjadi salah satu penghuni rak bukuku. Yaaaayyy… 🙂

Selain koleksi novel kuno, berbagai barang tersedia disni seperti barang kebutuhan rumah tangga berupa barang bernilai seni untuk hiasan rumah, asesoris perlengkapan rumah tangga seperti piring antik, lampu, cermin, frame foto, lukisan, keris, patung lemari, pakaian, setrikaan yang menggunakan arang.

Ada pula berbagai jenis koin kuno, pesawat telpon dengan berbagai model, kamera antik lengkap dengan aksesorisnya, Gramafon antik dari Eropa berserta piringan hitamnya, sepeda mulai tahun 1930, berbagai macam wayang, patung, dan masih banyak lagi lainnya. Barang antik ini ada yang sudah bekas dan ada pula yang dibeli dari tangan kolektor. Semua menanti pembeli yang akan membawa pulang barang ini untuk melengkapi koleksi atau sekedar menghiasi rumah.

Para kolektor barang antik pastinya dimanjakan dengan berbagai koleksi barang antik yang dijual di Pasar Klitian ini. Mereka bahkan tak segan mengeluarkan uang yang lumayan besar untuk bisa membawa pulang barang antik yang jadi incaran mereka tersebut. Seperti seorang bapak yang berdiri disampingku, dia begitu bersemangat dan getol menawar sebuah kamera tua untuk melengkapi koleksinya. Kebayang pasti bapak ini penggemar berat fotografi dan punya banyak koleksi kamera di rumahnya.

Menawar adalah Kuncinya

Memang kunci berburu barang antic di Pasar Klitian adalah kemampuan menawar yang lihai. Para pedagang menawarkan barang dagangannya dengan harga yang cukup tinggi terutama bila kondisi barang masih baik dan memang disitulah seninya berbelanja di pasar tradisional. Cobalah tawar setengah dari harga yang ditawarkan penjual sahabats. Cobalah bertahan atau naikkan sedikit demi sedikit. Kalau perlu jual mahal sedikit nggak apa-apa lah. Berlagak kita nggak terlalu pengen barang incaran kita. Pedagang biasanya akan memanggil kita kalau memang setuju dengan penawaran kita. Kalau pedagang masih ngeyel juga coba naikkan lagi sedikit. Pelan-pelan sampe menuju kata sepakat. Sabar dan telaten adalah kuncinya heheheh…. 🙂

Sebuah cara sederhana untuk menghabiskan sore di kota lama Semarang. Duduk bercengkerama bersama sahabat dan keluarga sembari menikmati gedung-gedung tua nan eksotis dan diakhiri dengan perburuan barang antic di pasar Klitian. Bahagia ternyata memang sangat sederhana bentuknya.

Masa lalu memang sudah berlalu namun tak bisa diubah, dibuang, bahkan dihapuskan karena mereka adalah bagian dari kehidupan kita. Semoga kota lama Semarang selalu terjaga keindahannya meskipun sudah banyak beralih fungsi dan kian banyak dikunjungi orang.

No comments:

Post a Comment

Cara Agar Menghindari Produk Asuransi Syariah Tertunggak

Assalamualaikum Sahabats … Klaim asuransi yang Sahabats ajukan bisa diterima dengan mudah ketika polis asuransi dalam kondisi aktif. Apabila...