Saturday, May 20, 2017

Pengalaman Pertama Naik Pesawat Terbang

Assalamualaikum Sahabats ….

Kematian bisanya identik dengan kesedihan dan airmata. Wajah sayu penuh airmata akan jadi pemandangan yang lumrah. Dari sekian banyak kenangan tentang kematian seseorang, ada satu yang paling satu ingat sampai sekarang. Bukan sedih karena kehiangan kakek tercinta tapi kenangan akan perjalanan menuju rumah duka.

Abah, begitu kami biasa memanggil kakek dari pihak papa, meninggal dunia ketika aku baru saja duduk di bangku kelas 1 SD. Kira-kira umurku waktu itu 6 tahun. Sejak sakit, Abah yang dulunya tinggal di kota Cirebon diboyong oleh salah satu kakak papa untuk tinggal di Jakarta. Jarak yang lumayan jauh antara Semarang – Jakarta membuat kami jarang bertemu beliau. Biasanya kalau liburan sekolah baru kami akan berkunjung ke Jakarta. Liburan sekalian menjenguk abah dan umi (kakek dan nenek).

Sampai suatu hari datang berita menyedihkan dari Jakarta, Abah meninggal dunia. Sedih pasti lah, cuma seingatku aku belum terlalu paham akan konsep meninggal itu sendiri. Yang aku ingat jelas papa bilang kami akan ke Jakarta naik pesawat supaya bisa cepat sampai. Kata-kata “naik pesawat” inilah yang membuatku semangat banget untuk segera pergi ke Jakarta. Maaf ya bah, waktu itu aku belum paham kalau nggak akan melihat abah lagi selamanya. 🙁

pic from ; garuda-indonesia.com

Jaman segitu naik pesawat bukanlah hal yang umum seperti sekarang. Hanya ada satu maskapai yang dimiliki Indonesia saat itu, Garuda Indonesia. Jadilah kami segera membeli tiket untuk terbang ke Jakarta hari itu juga. Hari itu juga adalah pengalaman pertamaku pergi ke airport Ahmad Yani, Semarang.

Begitu sampai di airport kaki dan mata kecilku sibuk menjelajah kesana-kemari. Melihat kesibukan di airport sambil mendengarkan deru suara pesawat yang keras sekali di telinga kecilku. Dari balik jendela aku melihat pesawat yang siap take off di run way. Terpesona sejadi-jadinya deh sampai lupa kalau kami mau naik pesawat karena abah meninggal bukan karena mau jalan-jalan hehehe.

Akhirnya tiba giliran kami masuk ke pesawat. Aku ingat banget rasanya deg-degan tapi nggak sabar pengen segera melihat seperti apa sih dalamnya pesawat. Begitu melewati pintu utama pesawat kami disambut ramah oleh para pramugari cantik berseragam biru, khas pramugari Garuda Indonesia. Takjub aku melihat mereka yang dandan begitu cantik dan bisa naik pesawat setiap hari.

Saat itu juga aku mantab bilang ke mama dan papa kalau cita-citaku adalah menjadi pramugari. aku bilang ke mereka aku mau jadi pramugari yang cantik seperti mbak-mbak tadi karena bisa dandan cantik setiap hari dan bisa naik pesawat keliling dunia. Dasar otak doyan jalan sejak kecil, melihat pesawat bayanganku ya langsung jalan-jalan keliling dunia. Setidaknya celotehanku bisa membuat mama dan papa yang sedih sejenak tertawa.

kapan kita traveling lg ya kak

Sepanjang perjalanan aku duduk di samping jendela memandangi gumpalan awan yang sepertinya berjalan mengiringi perjalanan kami. Imajinasiku mulai berkembang. Sepertinya seru banget kalau bisa terbang keluar dan berguling-guling di awan yang putih dan empuk hahaha. Pokonya sepanjang perjalanan aku hanya bis atakjub luar biasa. Biasanya butuh waktu seharian untuk sampai ke Jakarta kalau jalan darat tapi dengan pesawat terbang, nggak sampai satu jam kami sudah mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Sejak saat itu aku menobatkan pesawat terbang sebagai moda transportasi paling keren sedunia dan juga jadi favoritku. Bahkan sampai detik inipun, meskipun cita-cita jadi pramugari nggak kesampean, aku tetap suka naik pesawat terbang. Duduk di samping jendela sambil memandangi hamparan langit ciptaan Allah selalu jadi aktivitas yang kusukai. Melihat bumi dari kejauhan, hijau dan biru bersanding. Masyaallah …. sempurnanya ciptaan Allah.

Nggak banyak yang kuingat dari acara pemakaman abah, kecuali aku diminta umi menemainya tinggal di Jakarta. Sempet satu atau dua bulanan lah aku tinggal di Jakarta menemani umi sampai akhirnya menyerah karena kangen berat sama mama hahahaha….

Sampai hari inipun setiap kali mau naik pesawat aku selalu semangat 45. Sejauh dan selama apaun perjalananya pasti akan kunikmati. Bahkan aku yang lebih semangat naik oesawat daripada Nadia heheh. Udah hampir satu tahun nih kami nggak naik pesawat, jadi kangen berat engen naik pesawat lagi.

Kenangan masa kecil ini nggak penah aku lupakan. Sampai hari ini pun ketika aku melihat Garuda Indonesia pengalaman ini selalu terniang di kepala. So makasih banyak buat mbak Anjar Sundari dan mbak  Nia Nurdiansyah yang sudah mengusulkan topik pengalaman masa kecil untuk arisan link blogger Gandjel Rel.

Kalau Sahabats, punya pengalaman masa kecil apa yang paling membekas diingatan? Share dong disini

No comments:

Post a Comment

Cara Agar Menghindari Produk Asuransi Syariah Tertunggak

Assalamualaikum Sahabats … Klaim asuransi yang Sahabats ajukan bisa diterima dengan mudah ketika polis asuransi dalam kondisi aktif. Apabila...