Assalamualaikum Sahabats …
Punya saudara perempuan itu ada banyak suka dan banyak juga dukanya. Sukanya bisa saling tukeran baju dan barang lainnya, bisa jadi temen yang saling mengerti. Tapi banyak juga dukanya, terutama kalau kita punya karakter jauh berbeda dengan saudara kita dan sering kali dibanding-bandingin. Nah yang begini nih yang bikin aku dulu super duper kesel sama kakakku.
seperti apa sih sosok sahabat sempurna di mata sahabats? Orang yang selalu mengerti dan ada kapanpun kita butuh? Seseorang yang sama banget atau kaya gimana? Ngomongin sahabat, aku punya banyak sahabat spesial sejak kecil. Tapi entah kenapa saat Tina dan mbak Nunung menyebutkan bahwa tema arisan link kali ini adalah Sahabat, sosok pertama yang terbayang di kepalaku adalah kakak tercinta.
But to be honest, I used to hate my sister. Bukan benci dalam arti kata yang sangat negatif, nggak lho ya. Kata hate di sini lebih aku artikal kesal atau sebel sama kakak semata wayangku. Alasannya karena kami punya sifat yang sangat bertolak belakang. Dua saudara dengan kepribadian yang amat sangat berbeda, itulah kami. Meskipun kami berasal dari satu rahim dan dibesarkan di atas atap yang sama, kepribadian kami bagaikan minyak dan air. Banyak orang yang serringkali nggak percaya kalau kami itu adalah saudara kandung.
Di mataku, kakakku begitu sempurna. Meskipun dia adalah gadis yang sederhana tapi ada sesuatu yang membuatnya disukai banyak orang. Mungkin karena sejak kecil kepribadiannya begitu lembut dan menyenangkan, dia bahkan selalu menjadi juara kelas dan menjadi kebanggaan kedua orang tua kami. Apalagi setelah setelah Allah memberikan hidayah untuk berhijab saat dia masih duduk dibagku SMA. Pokoknya she is perfect in everyway. Any parents in this world would love to have a daughter like her.
Aku? Bisa dibilang 180 derajat bertolak belakang. Ketenangan dan kelembutan kak Ina amat jauh berbeda dengan kepribadianku yang meledak-ledak dan sering kali diatur. Pendapat orang yang bilang kalau anak tengah itu punya sifat yang aneh dan jauh berbeda dengan saudaranya yang lain bisa jadi benar kalau melihat kepribadianku yang memang jauh beda dengan dua saudaraku.
Saat aku masih disibukkan dengan hormon remaja, trend music, dan fashion, kakakku justru sibuk mengikuti kajian keislaman setiap harinya. Perbedaan kami yang begitu tajam sering kali membuatku bertanya-tanya mungkinkah suatu hari nanti aku bisa memiliki kesederhanaan dan keanggunan kakakku. Aku memang jarang menunjukkan kekaguman dan rasa sayangku padanya karena rasa gengsi yang kadang mengalahkan keinginanku belajar darinya namun kakakku tidak pernah berhenti menyayangiku dan selalu berusaha memberi contoh yang baik tanpa berusaha menggurui sedikitpun.
Sampai aku menginjak usia SMA bisa dibilang hubungan kami biasa saja. Nggak ada yang spesial karena kakak waktu itu sudah mulai kuliah di Jogja, sedangkan aku masih tinggal di Semarang. Aku malah nggak pernah menganngapnya teman karena memang sifat kami beda banget. Pokoknya nggak nyambung lah lebih enakan berteman dengan teman sebaya yang juga teman sekelasku.
Khusnudzon itulah kelebihan kakakku yang luar biasa. “Kakak sama sekali tidak merasa marah atau iri padamu, justru kakak sangat bahagia. Kamu juga harus bahagia karena Allah sudah mendekatkan jodohmu. Kakak tidak akan meminta apapun darimu. Jangan khawatir kakak ridho dan ikhlas kok dek. Kakak akan ikut membantu persiapan pernikahanmu sebisa kakak.” Subhanallah begitu lembut hatinya hingga tak sepatah kata pun mampu kuucapkan atas restu sepenuh hati yang diberikan kakakku. Sungguh bersyukurnya aku memiliki kakak sebaik dirinya.
Subhanallah, sebulan menjelang pernikahanku, jodoh kak Ina akhirnya datang. Tanpa pacaran, hanya taaruf beberapa kali dan mereka langsung menikah. Lega banget rasanya nggak jadi ngelangkahi kak Ina nikah. Bisa dibilang ini rezeki banget dari Allah, dalam 2 minggu giliran aku yang mempersiapkan pernikahan kakak yang sederhana tapi indah. Dan 2 minggu kemudian giliran aku yang nikah. Kun fayakun. Kalau Allah sudah berkehendak, tidak ada yang mustahil. 🙂
Sejak kami menikah hubungan kami jadi makin erat. Saling telpon, curhat sana-sini, seperti layaknya sahabat deh. Bahkan sekarang kak Ina jadi salah satu sahabat terbaik yang selalu bisa aku andalkan. Semakin kesini aku semakin kagum dan sayang sama kakak tercintaku ini. Sosok ibu yang kreatif dan penyabar banget, itu yang pengen aku contoh tapi belum berhasil juga sampai sekarang. #emaksumbupendek 🙁
Kedekatan kami berdua sekarang menurun ke anak kami. Anak pertama kami sama-sama cewek dan bedanya nggak nyampe satu tahun. Bahkan mereka berdua sering dicurigai anak kembar karena sejak kecil memang runtang-runtung barengan. Kalau pisah bentar aja adegannya drama banget deh, persis kaya film India. Seneng banget sih liat Nadia dan Maryam (anak kakak) punya hubungan yang spesial dan kami berharap persahabatan mereka berdua bisa berlanjut sampai dewasa nanti.
Thank you sis, for always be there for me. There is no better friend than a sister, and there is no better sister than you. So lucky to have you as a sister. Love you my sister, my bestfriend. 🙂
No comments:
Post a Comment