Assalamualaikum Sahabats …
Jarak usia antara kak Nadia dan baby K yang cukup jauh (hampir 9 tahun) membuatku praktis merasa jadi ibu baru lagi. Semua harus kumulai dari nol lagi, semua harus belajar dari awal lagi. Sudah banyak hal tentang urusan perbayian yang sudah aku lupakan. Apalagi urusan ASI dan diaper. Aku merasa kudet akut karena ketinggalan banyak banget ilmu terbaru. So practically I am a new mom, again. 🙂
Dulu waktu Nadia bayi aku baru memutuskan bekerja setelah kakak disapih (2 tahun). Sebagai new mom masih semangat banget ngASI dan belajar tentang perkembangan bayi. Aku bahkan memilih memakai popok kain dan hanya menggunakan diaper saat malam hari. So everything was basically oke dan kupikir baby K pun bakalan nggak ada hambatan seperti kak Nadia dulu. Ternyata …
Situasi sekarang sudah jauh berbeda. Aku sekarang bekerja dan lebih memilih menggunakan diaper untuk alasan kepraktisan. Sempet di awal kelahiran aku pakai popok kain, tapi menyerah dalam beberapa hari karena nggak sanggup nyucinya dan baby K pun tidurnya jadi nggak nyaman ketika popoknya basah. Kalau baby K udah begadang akhirnya besoknya kerja pun jadi nggak maksimal karena lemes. Selain itu, selama bekerja aku nitipin baby K ke mama dan jelas aku nggak mungkin merepokan beliau dengan urusan ganti popok kain bolak-balik. Beliau sudah sepuh, udah mau dititipin bayi aja udah bagus.
Selama beberapa bulan pertama memakai diaper sempet galau dan gonta-ganti beberapa merk karena baby K kena ruam popok. Segala macam merk dicoba, termasuk menggunakan salep khusus dari dokter untuk mengatasi ruam nakal ini. Rasanya khawatir tak berkesudahan setiap kali harus ninggalin baby K untuk bekerja. Rasa khawatir yang kadang berlebihan sampai nggak berani meninggalkannya terlalu lama. Akhirnya setiap jeda kelas selalu nelpon mama untuk memastikan keadaan baby K. Kerja akhirnya jadi nggak konsen. 🙁
Diaper Rash dan Penyebabnya
Sebenernya apa sih penyebab diaper rash atau ruam popok? Ruam popok adalah peradangan pada kulit bayi di area yang tertutup popok, dan umumnya terjadi pada bokong. Kulit yang mengalami ruam ini akan tampak kemerahan. Ruam popok biasanya terjadi karena reaksi kulit setelah terus menerus bersentuhan dengan urine dan feces.
But no worries mom, karena ternyata sebagian besar bayi yang memakai diaper pernah mengalami ruam popok. Jadi bukan berarti kalau bayi kena kena diaper rash itu lalu menjadikan kita ibu yang nggak becus dan terus jadi rendah diri (aku banget, hiks). Balita usia 0 -3 tahun memang rentan terhadap karena daya tahan tubuhnya belum terbentuk sempurna sehingga lebih rentan terhadap serangan bakteri, kuman, dan penyakit. Ruam popok umumnya tidak berbahaya, tapi memang dapat mengganggu kenyamanan si bayi.
Gejala-gejala Ruam Popok
Ruam popok umumnya terjadi pada dua tahun pertama. Hal ini tentu tidak bisa dihindari saat pemakaian diaper bahkan bila kita sudah mengganti dan membersihkan secara teratur, masih mungkin memicu tumbuhnya bakteri pada area tersebut. Diaper rash memang tergolong gangguan ringan tapi cukup bisa membuat bayi merasa nggak nyaman, apalagi kalau kita menganggap enteng gejalanya. Lama kelamaan, diaper ras ini bisa memicu infeksi pada buah hati, naudhubilah. Ruam ini juga bisa kambuh selama bayi kita masih menggunakan diaper. Beberapa gejala yang mengindikasikan si kecil terkena diaper rash adalah:
- Kulit yang tampak memerah, terutama pada bokong, lipatan paha, paha, dan sekitar alat kelamin bayi.
- Bayi yang bertambah rewel, misalnya menangis saat bagian yang biasanya tertutup popok disentuh atau dibersihkan.
Nah kalau melihat gejala tersebut pada si kecil buruan deh cari penangkalnya sebelum terlambat. Baby K sempat mencoba beberapa merk diaper cream tapi kurang cocok. Sampai akhirnya pas lagi belanja di minimarket aku melihat Sleek Diaper Cream. Udah familiar dong pastinya dengan Sleek. Sejak si kakak aku sudah pakai Sleek Baby Bottle Cleanser, so begitu lihat ada Sleek Baby Diaper Cream langsung yakin aja untuk mencoba.
Keunggulan Sleek Baby Diaper
Selain merk Sleek memang sudah terpercaya, aku mantab mencoba Sleek baby diaper karena dibuat dari bahan-bahan yang alami. Apa saja kandungan di dalam Sleek Baby Diaper Cream??
- Ekstrak daun olive, untuk melindungi kulit dari bakteri yang menyebabkan iritasi.
- Chamomile dan Ekstrak Bunga Matahari: Natural anti- irrirant yang efektif untuk mengurangi kemerahan
- Ekstrakt Alpukat, Shea Butter dan Argan Oil: Natural moisturizer yang menjaga kulit bayi tetap lembut
Dengan semua natural ingredients-nya, Sleek Baby DiaperCream memiliki formula paling aman bahkan untuk bayi yang baru lahir; dengan pH 5.5. Sleek Baby Diaper Cream juga telah melalui dermatologically dan clinically tested yang terbukti mencegah dan menyembuhkan ruam popok dan 100% terbukti melindungi dan membunuh bakteri seperti Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Aeruginosa, Escherichia Coli, Candida Albicans.
Selain bahan-bahan alami yang terkandung didalamnya, Sleek Baby Diaper Cream juga dikemas dalam tube berukuran 80 ml berwarna putih dengan sentuhan ungu lavender yang cantik. Tutupnya model flip top jadi nggak mudah tumpah. Asyik lah dibawa kemana aja. Apalagi buat aku yang hobby traveling sama anak, ada sleek baby diaper cream ini jadi nggak bingung dan galau lagi. 🙂
Kandungan bahan alaminya, membuat Sleek Baby Diaper memiliki wangi bunga yang menyegarkan. Teksturnya pun lembut seperti lotion. Begitu diusap ke kulit bayi langsung meresap dan nggak lengket. Semua kelebihan yang dimiliki Sleek Baby Diaper Cream membuatku mantab deh memilihnya sebagai diaper cream andalan. Alhamdhulilah baby K pun cocok dan sejak menggunakan Sleek Baby Diaper Cream, si ruam nakal nggak muncul lagi.
Satu hal yang harus diingat nih Sahabats, menggunakan diaper cream itu jangan hanya saat terkena ruam saja ya, tapi selalu gunakan setiap kali kita mengganti popok si kecil. Setelah popok diganti, bersihkan kulit bayi dengan air atau wet tissue, oleskan Sleek Baby Diaper Cream, baru deh pasang popoknya. Insyaallah kulit bayi akan terhindar dari bakteri yang memicu timbulnya diaper rash. Baby nyaman, ibu pun tenang. 🙂
No comments:
Post a Comment