Assalamualaikum Sahabats …
Di zaman milenial sekarang ini siapa sih yang bisa hidup tanpa gadget? Rasanya gadget sudah jadi barang primer buat kebanyakan orang, termasuk aku. Pergi nggak bawa dompet masih bisa lah, tapi keluar rumah tanpa gadget, mati lah awak. Dunia mendadak suram, sunyi sepi.
Sebagai dosen merangkap blogger dan freelance writer gadget adalah teman kerja yang paling haqiqi buatku. Ngajar tanpa laptop susah banget, ngebuzzer atau bikin konten tanpa hape juga tiada mungkin. Pokoknya selalu ada alasan untuk ngekepin gadget, dan sedihnya kebiasan bergadget itu dicontoh anak-anak ku.
Memang bener kalau anak itu mesin fotocopy yang paling canggih dan hal atau orang yang paling mungkin di-copy si anak adalah orangtuanya. Makanya PR besar banget buatku untuk menjauhi gadget ketika lagi bercengkerama sama anak-anak.
Sebuah Penelitian dari Kaiser Family Foundation menemukan bahwa anak usia SD bisa menghabiskan 7,5 jam di depan gadget baik itu TV, laptop, tablet, ataupun smartphone. Angka tersebut bahkan cenderung naik tiap tahunnya. Jangankan anak SD, bayi sekecil baby K udah kenal dan fasyih mainin gadget. Aku sedih deh jadinya dan merasa gagal sebagai ibu karena aku tahu banget bahwa anak di bawah 3 tahun seharusnya free dari paparan gadget. Dan sayangnya aku gagal menerapkan itu. Huuaaa….
Terlepas dari banyaknya konten positif yang bisa ditemukan di internet, tetap saja gadget punya dampak buruk bagi anak diantaranya, kesulitan berkonsentrasi, kurangnya kemampuan bersosialisasi di dunia maya, sampai seribu satu gangguan kesehatan macam obesitas dan lainnya.
Nasi udah terlanjur jadi nasi kuning akhirnya aku cuma bisa menerapkan beberapa saran para expert yang semoga bisa menjauhkan anak-anakku dari keburukan gadget. Buat Sahabats yang anaknya kecanduan gadget atau pengen mengurangi penggunaan gadget bisa juga menerapkan cara ini.
- Kontrol isi Gadget
Aku bukan tipe orangtua yang nyahnyoh sama anak. Apa yang diminta langsung dikasih. Sebagai orangtua kita lebih tahu apa kebutuhan anak dan untuk anak usia SD menurutku belum perlu lah punya gadget sendiri, apalagi punya akun sosmed sendiri. Big no for me. Apapun alasannya bersosmed sama sekali nggak penting buat anak kecil toh balik lagi ke aturan pemilik akun minimal usia 13 tahun.
Nadia dan baby K tetap bisa main gadget tapi konten tetap aku yang kontrol. Smartphone aku protect dengan password so anak-anak nggak bisa buka sesukanya dan mereka boleh download game atau konten apapun dengan seizinku. Kalau aku rasa aman kubolehkan, dan game aku batasi hanya 2 aja. Kalau pengen ganti game silakan hapus salah satunya. Dengan begitu aku tahu persis apa yang dimainkan atau dilihan anakku.
2. Gadget jadi alat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
Gadget bisa jadi positif bila diisi dengan konten yang positif juga. Aku suka carikan game edukatif atau tontonan yang mendidik dan bikin anak penasaran untuk belajar lebih lanjut. Misal salah satu tontonan favorit kami adalah Wild Kratss kartun yang ceritanya edukatif banget plus banyak ilmu tentang binatang dan tumbuhan. Tontonan menarik iya, ilmu baru juga pasti dapet setiap kali abis nonton wild Kratts. Untuk baby K favoritnya adalah Barney dong, teteup ya.
3. Dampingi anak saat menggunakan gadget
Ini nggak bisa ditawar sih. Setiap kali anak-anak main gadget harus ada aku atau papanya untuk mendampingi. Kita nggak tau apa yang akan dimunculkan mesin pencari so it’s better to do some preventive actions.
4. Batasi penggunaan
Sesuai kesepakatan kami sama kak Nadia dan baby K, batasan untuk ber-gadget saat weekdays adalah 2jam, bisa berupa nonton TV atau main smarthope. Sedangkan untuk weekend boleh 3jam. Tentu saja apa yang dilihar harus dengan persetujuan kami.
5. Perbanyak We Time
Sahabats masih ingat sountrack keluarga cemara? “Harta yang paling berharga adalah keluarga.” Mendengar lirik lagu itu mengingatkan aku bahwa apapun yang kita lakukan di luar sana, keluarga adalah tempat kembali. Kita nggak bisa mengembalikan waktu yang sudah berlalu. Jangan sampai kebersamaan keluarga terenggut gadget ya Sahabats. Aku hampir tuh mengalami dan Alhamdulillah kami segera taubatan nashuha. Jam 18.00 – 20.00 adalah family time wich also means no gadget time.
Sehabia magrib kami mengaji bareng disusul dengan makan malam bareng bebas gadget, dan ngobrol suka-suka. Untuk baby k yang nggak bisa diem adalah waktu bermain Saat weekend supaya jam penggunaan gadget bisa ditekan lagi kami agendakan keluar rumah, jalan-jalan sekeluarga. Nggak harus jauh, semampu kami aja, toh tujuan utamanya quality time bareng keluarga.
Gadget itu sebuah keniscayaan di jaman milenial ini dan aku paham betul itu. Kita sebagai orangtua harus melek semelek-meleknya soalnya dunia internet dan pergadgetan. Baik dan buruknya harus kita terima. Baiknya dimanfaatkan, buruknya dijauhkan semaksimal mungkin.
Semoga anak-anak kita terlindung dari keburukan dunia, termasuk diantaranya adalah dampak negatif gadget ya Sahabats.
Oya kalau sahabats punya saran atau ide gimana cara melindungu atau membatasi dampak negatif gadget boleh dong share di kolom komentar. 🙂
No comments:
Post a Comment