Wednesday, May 20, 2020

Traveling as Self Healing

Assalamualaikum Sahabats …

Sebagai manusia kita pasti pernah terluka atau berada dalam kondisi kelelahan emosional sehingga menyebabkan lelah jiwa raga. Kita semua sudah tahu cara mengatasi kelelahan raga atau sakit pada raga. Pergi ke dokter, minum obat, konsumsi vitamin, atau sekedar istirahat untuk mengembalikan energi. Tapi kalau lelah hati? Adakah obat untuk lelah hati? Ketika emosi terkuras oleh luka batin bagaimana cara kita menyembuhkannya?

Semua orang pasti pernah mengalami luka batin dalam episode kehidupan kita. Entah karena kegagalan, kehilangan seseorang, atau perlakuan negatif dari lingkungan sekitar. Daripada menyimpan semua emosi negatif tersebut dalam hati ternyata Allah sudah mendesain tubuh manusia sedemikian rupa sehingga kita mampu menyembuhkan luka batin yang kita alami.

Self healing adalah sebuah proses menyembuhkan luka batin dengan melibatkan kekuatan diri secara penuh untuk bangkit dari penderitaan. Tanpa bantuan orang lain, tanpa media apapun. Self-healing membantu kita mengenali pikiran dan perasaan negatif yang selama ini mengurung diri. Setelah mengenali dan menerimanya, kita akan mampu mengurai satu persatu masalah yang membebani pikiran dan perasaan kita tadi. Tujuannya bukan mengingat-ingat luka yang telah berlalu, tetapi mengajak kita untuk lebih memahami diri.

Menurut pakar kesehatan holistik Reza Gunawan self healing bersifat universal, tidak mengacu agama manapun, praktis, dan dipelajari secara masuk akal. Filosofinya bertumpu pada manusia sebagai unit yang lengkap antara badan, batin, dan energinya. Setiap orang punya metodenya sendiri untuk mengatasi luka batin yang dialami. Aku sendiri punya satu metode yang aku rasakan ampuh menghempaskan semua emosi negatif dalam diri. Traveling. Yes, betul Sahabats, ketika sebagian orang menganggap traveling hanya menghamburkan uang atau sekedar untuk memenuhi timeline sosmed dengan foto-foto cantik, ternyata banyak hikmah dan manfaat yang bisa kita ambil dari traveling. Traveling can be a good self healing method.

Menyembuhkan Luka di Vancouver

Alkisah saat itu aku sedang berjuang menyelesaikan skripsi S1 ku Sahabats dan tetiba datanglah sepucuk undangan pernikahan dari Jogjakarta. Tahu nggak siapa yang nikah? Pacarku. Aku bilang pacar karena saat itu status kami masih pacaran meskipun lagi tahap menjeda karena beberapa bulan terakhir lagi banyak banyak pertengkaran yang kami alami. Aku pikir karena LDR yang kami jalani rupanya di sana sudah ada perempuan lain yang kemudian jadi istrinya. Sebagai pelengkap penderitaanku waktu itu aku lagi menyelesaikan skripsi. Situasinya udah kaya sinetron banget.

Luka batin yang waktu itu kualami aku coba tutupi dengan semangat mengerjakan skripsi. Dari pagi sampai malam di perpustakaan, malamnya ngetik, pagi balik lagi ke perpus gitu aja terus supaya sakit hatinya nggak sempat terasa. Eh ujian ternyata masih berlanjut dong. Dosen pembimbingku pergi meninggalkan aku karena mengikuti Sandwich program di Amerika. “You can do it without me,” se-simple itu pesan beliau saat aku menyerahkan draft bab 4 untuk kedua kalinya. Setelah memberikan beberapa arahan dan revisi yang harus kukerjakan kami berpisah dan itulah hari terakhirku bertemu dengan beliau. Bahkan saat aku sidang skripsi beliau tidak mendampingiku. Ditinggalkannya aku berjuang sendiri tapi alhamdhulilah aku berhasil lulus dengan nilai A.

Skripsi selesai aku mulai kehilangan arah, rasa sakit mulai menjalar lagi di hati, terlebih di hari H pernikahan sang mantan. Tapi Allah Maha Baik di saat bersamaan papa dapat undangan seminar di Vancouver Canada dan papa mengajak aku ikut bersama beliau karena beliau tahu kesulitan yang sedang aku hadapi. Perjalanan pertama keluar negeri, hanya berdua sama papa tercinta, it was a moment to remember for the rest of my life.

Travel Shifts My Mood

Berada nun jauh di negeri orang dengan suasana dan pemandangan yang jauh berbeda dari negeri sendiri benar-benar bisa mengalihkan emosi negatif yang sedang aku rasakan. Melupakan semua rutinitas dan memperkenalkan sesuatu yang baru pada panca indera dan otak ternyata ampuh mengubah semua energi negatif menjadi positif. Aku jadi lebih fokus pada semua pengalaman baru yang aku rasakan.

In my opinion traveling memiliki kemampuan untuk memperluas pikiran kita dengan cara unik. Ketika berinteraksi dengan dunia sekitar, seseorang dapat menemukan hasrat dan tujuan baru untuk hidup. Menghadapi kesulitan dalam lingkungan yang tidak dikenal, di antara orang-orang baru memaksa kita untuk belajar dan menyesuaikan hidup yang berada di luar zona nyaman. Semakin banyak tantangan yang kita hadapi selama perjalanan, semakin banyak kebaikan yang kita rasakan, At the end of the day kita menjadi menjadi lebih tangguh, secara mental dan emosional tumbuh dewasa.

New Places, New Hopes

Menjelajahi tempat-tempat baru juga dapat memberi kita fresh start setelah pulih dari semua kekacauan emosi dalam diri. Pengalaman baru membantu me-refresh otak kita sehingga meningkatkan mood dan kepercayaan diri lagi. Menurut beberapa buku yang aku baca orang menemukan tujuan hidup dan mengalami pertumbuhan diri saat mereka bepergian karena memberi mereka pengalaman langsung tentang orang baru dan tempat baru.

Di Vancouver aku melihat salju untuk pertama kalinya di salah satu resort ski terbesar di dunia, Whistler, mencoba naik kereta gantung, lihat beruang Grizly, mencoba semua transportasi umum, dan yang paling nggak terlupakan adalah jalan sendiri dari hotel ke toko buku. Meskipun jaraknya cuma beberapa blok tapi ketegangan dan keseruannya masih bisa aku ingat sampai sekarang. Semua pengalaman berharga itu bikin aku jadi lebih percaya diri dan yakin kalau semua ketetapan Allah adalah yang terbaik. Mungkin kalau nggak patah hati begini aku nggak akan pernah bisa menjejak ke Vancouver.

I am One Grateful Soul

Banyak dari kita cenderung menerima begitu saja apa yang kita miliki dan lupa bersyukur. Ketika ada yang tidak sesuai dengan keinginan kita terjadi kita jadi stres dan frustrasi. Keluar dari zona nyaman menyadarkan kita betapa berharganya hidup yang kita punya. Orang-orang yang kita jumpai selama perjalanan bisa jadi pengingat untuk memperlakukan orang lain dengan kebaikan yang sama, di mana pun kita berada, dan untuk bersyukur atas semua kebaikan yang Allah berikan. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”. – (Q.S Ibrahim: 7)

Perjalanan selama 10 hari di tahun 2005 lalu membawa banyak pelajaran dan kenangan manis buatku. Semenjak itu aku jadi paham seberat apapun ujian yang aku hadapi, serumit apapu rasa yang ada di hati, traveling selalu bisa menyembuhkan semua lukaku.

Traveling bukan berarti liburan selama sebulan di negara asing atau ke tempat yang eksotis. Melakukan perjalanan selama beberapa hari ke tempat terdekat dapat membantu merileks-kan pikiran. Traveling juga tentang memasukkan sesuatu yang baru dan menarik ke dalam hidup kita, mencoba belajar dari pengalaman dan menerapkan pembelajaran ke dalam hidup kita sehari-hari agar jadi lebih damai, mengasyikkan, dan jauh lebih bahagia.

Perjalanan yang kita lakukan akan menjadi sumber inspirasi tanpa akhir, yang dapat menyembuhkan diri secara emosional dengan caranya yang unik. Semua kebuntuan hati dan pikiran perlahan akan terbuka dan akhirnya kita kembali menemukan diri kita. That is why traveling is considered as a form of self healing.

No comments:

Post a Comment

Tips dan Solusi Penyimpanan Barang Sesuai Kebutuhan Usaha dengan Rak Gudang Terbaik dari KITARACK

  Assalamualaikum Sahabats.... Dalam menjalankan usaha, pengelolaan penyimpanan barang sering kali menjadi tantangan tersendiri. Tak hanya s...