Monday, September 7, 2020

MEMAKSIMALKAN FASE GOLDEN AGE ANAK DENGAN SUSU FORMULA MORINAGA CHIL*SCHOOL

Assalamualaikum Sahabats ….

Pernahkah Sahabats menyesali sesuatu sebagai orangtua? Merasa jadi orangtua yang banyak kekurangan dalam mendidik anak-anak? Dulu di masa anak pertama aku pernah banget merasakan itu. Terlalu fokus mengejar karir sampai banyak melewatkan masa tumbuh kembang si kakak yang nggak mungkin terulang lagi. Rasa penyesalan itulah yang kemudian menjadi trigger aku untuk bisa bangkit dan meng-upgrade ilmu supaya bisa jadi orangtua yang baik untuk anak-anakku. Sebagai orangtua aku ingin bisa mendampingi anak-anak dalam semua fase tumbuh kembang mereka supaya mereka tumbuh baik dan tidak ada lagi rasa penyesalan di kemudian hari karena waktu tak bisa kembali.

Masih seneng aja memanggil Keumala dengan sebutan Baby K padahal tahun ini usianya sudah 3 tahun dan sudah masuk fase “terrible three.” Yups bisa dibilang fase yang cukup memusingkan buat orangtua karena di usia ini balita lagi asyik menjelajah dunianya. Keumala jadi antusias mencoba hal baru dan mengeksplor kemampuannya tapi karena kemampuan komunikasinya belum sempurna, kalau ada sesuatu yang berjalan nggak sesuai harapan, Keumala jadi rewel dan kadangkala tantrum. Duh, ujian sabar yang amat sangat buatku.

Awalnya sempat kewalahan dengan tantrumnya Keumala tapi setelah membaca buku dan artikel parenting aku baru ngeh bahwa ternyata tantrumnya ini adalah dorongan dari rasa penasaran yang nggak terpenuhi. Rasa ingin tahu Keumala yang besar, sementara aku belum bisa menjawab dan membimbing tumbuh kembangnya akhirnya berujung pada tantrum. So the problem is on me, not her. Aku sebagai orangtua yang harus upgrade ilmu. Akhirnya aku mencoba hempas tuh istilah negative (terrible three) dan memilih fokus pada masa golden age.

Aku yakin sebagai orangtua Sahabats sudah kenal dengan istilah golden age tapi kadang kita tidak memaksimalkan masa tersebut bahkan cenderung abai bahwa usia emas tidak akan terulang lagi. Golden age adalah usia anak ketika mereka berumur 0 sampai dengan 5 tahun. Usia tersebut berada pada perkembangan terbaik untuk fisik dan otak anak. Pada masa ini, terjadi hubungan antara sel-sel saraf. Kuantitas dan kualitas sambungan ini menentukan kecerdasan balita. Jaringan yang tumbuh setiap hari dalam otak Si Kecil membentuk dasar neurologis keterampilan yang akan digunakan Si Kecil hingga dewasa nanti. Tak hanya berdasar pada gen Si Kecil, seluruh pengalaman yang diperoleh Si Kecil setelah ia lahir akan menentukan jaringan otaknya.

Setiap hal baru yang dialami anak setiap harinya, otak akan membentuk jaringan saraf untuk mempelajari bahasa, penalaran, penyelesaian masalah, dan nilai-nilai moral. Setiap kali anak mendapat stimulasi dan mengulang pembelajarannya, jaringan saraf tersebut pun menjadi permanen. Jadi sebagai orangtua wajib hukumnya memberikan pengalaman terbaik di masa golden age supaya jaringan otak anak berkembang baik. Nah dari sini aku bertekad untuk untuk memberikan stimulus terbaik setiap harinya dengan mendampingi merangsang segala kemampuan yang dimiliki anak dan memunculkan bakatnya yang masih tersimpan yang dilakukan secara konsisten.

Stimulus Untuk Balita Usia 3 +

Sahabats, sebelum kita sebagai orangtua menerapkan segala macam teori parenting harus banget diingat bahwa kewajiban mendidik anak yang utama ada kita, bukan guru. Bukan cuma pendidikan yang merangsang perkembangan otak tapi penting juga lho mengasah emosi anak sejak dini. Hal simpel yang kadang aku sendiri suka lupa menerapkan adalah memuji anak.

Aku ingat banget dulu mamaku sering memberi pujian dan apresiasi ketika aku bisa mengerjakan sesuatu sendiri. Ternyata menurut seorang psikolog perkembangan anak mengatakan memberikan pujian, penghargaan, kasih sayang, pengalaman baru, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan kemandirian kepada anak. Pola asuh yang penuh kasih sayang dan penghargaan kepada anak akan mampu untuk memaksimalkan perkembangan kecerdasan emosi anak karena kecerdasan emosi memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak.

Berikanlah teladan yang baik di dalam lingkungan keluarga agar anak bisa meniru kebiasaan baik tersebut dan tentunya anak akan merasakan kasih sayang dari orangtuanya. Sebaiknya para orang tua menghindari pola pendidikan yang keras, kasar, dan menyeramkan. Jangan membangun benteng ketakutan kepada anak karena bisa memengaruhi kecerdasan emosinya.

Semenjak usia Baby K 2 tahun aku sudah mencoba menerapkan metode pendidikan ala-ala Montessori gitu deh. Dulunya aku membayangkan permainan ala Montessori itu perlu banyak biaya tapi ternyata aku salah pemirsaahh!! Setelah aku banyak baca barulah kutahu kalau ternyata permainan ala Montessori ini bisa dikreasikan dengan peralatan sederhana yang ada di rumah dan tetap bisa merangsang tumbuh kembang secara maksimal.

Jangan pernah under estimate proses bermain anak-anak kita karena ternyata dalam permainan, proses belajar banyak banget berkembang. Makanya sekarang aku rutin menerapkan Montessori di rumah bersama Baby K. Menurut Dr. Maria Montessori anak adalah “sensorial explorer” yang secara alami akan belajar tentang lingkungannya melalui apa yang dia rasakan dengan panca inderanya. Permainan sensoris mendorong anak-anak untuk menggunakan satu atau beberapa panca inderanya sekaligus. Permainan semacam ini bagus banget untuk menstimulasi perkembangan bahasa, keterampilan motoric halus dan kasar, pertumbuhan kognitif, pemecahan masalah dan interaksi sosial. 

(video Keumala bermain dengan media air)

Sejak bayi sampai usia 2 tahunan aku banyak melakukan sensory play untuk merangsang keterampilan motorik halus dan kasarnya. Beberapa diantaranya sudah sempat aku abadikan di Youtube channelku, boleh lah diintip ya (promosi mode on). Masuk usia 3 tahun, tentu permainan sama Baby K harus di upgrade dong. Ada beberapa nih yang bisa Sahabats coba bersama si kecil di rumah supaya perkembangan panca inderanya bisa maksimal.

  1. Menyusun Benda Sesuai Ukuran

Di usia 3 tahun, aku mulai mengenalkan berbagai macam ukuran dan bentuk. Caranya simpel saja Sahabats, susun kotak mulai dari yang terkecil sampai yang paling besar. Sebutkan ukuran kotak dengan keras, missal: Dek, ini kecil, ini sedang, ini besar, sambil menunjuk benda dan minta Keumala mengulang apa yang kucontohkan. Kalau sudah mahir bisa ditingkatkan dengan mengenalkan berbagai bentuk dengan menemukan benda-benda di sekitar rumah yang sesuai dengan bentuk yang kita kenalkan. Permainan sederhana seperti ini melatih keterampilan konsentrasi dan belajar untuk memfokuskan perhatian untuk menyelesaikan tugas adalah keterampilan yang sangat penting untuk bentuk-bentuk pembelajaran lainnya.

  1. Membacakan Buku

Alhamdulillah, sejak bayi Keumala sudah kukenalkan dengan soft book. Masuk usia 3 tahun ritual sebelum tidur adalah baca buku. Setelah selesai biasanya aku tanyakan lagi ceritanya tadi apa sih? Tanya juga bagian mana yang paling menarik. Kegiatan simpel ini ternyata baik untuk meningkatkan kemampuan bahasa si kecil lho. Selain buku, flash card juga boleh dicoba. ☺

  1. Main puzzle

Puzzle atau teka-teki melibatkan penalaran untuk menantang otak yang sedang berkembang. Hal ini untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir Si Kecil. Mulai dari puzzle sederhana sesuaikan dengan kemampuan anak. Awal main Keumala belum tertarik tapi pelan-pelan mulai menikmati juga main puzzle.

  1. Melukis dan Main Clay

Ini favorit Keumala banget. Kalo sudah melukis bisa ngabisin satu set cat warna dan kertas karton ukuran besar sekali main. Kegiatan ini untuk merangsang imajinasi dan kreativitasnya, sekaligus sensorik halusnya. Memelihara kreativitas dan imajinasi Si Kecil akan membantunya mengembangkan pemikiran abstrak dan keterampilan pemecahan masalah.

  1. Menggunting dan Menempel

Keumala suka banget sama kegiatan ini, seminggu bisa beberapa kali kami mainkan. Dimulai dari menggunting garis lurus sekarang Keumala sudah mulai bisa menggunting berbagai bentuk pola. FYI, kegiatan ini bagus untuk melatih motorik kasar, merangsang koordinasi tangan dan mata, melatih konsentrasi, bahkan merangsang pertumbuhan otak. Keren yah. ☺

menempel daun
  1. Simple Science Experiments

Keumala sudah mulai aku ajakin bikin eksperimen science sederhana seperti misalnya mengenal benda yang mengapung dan tenggelam, mencampur warna, dan beberapa aktivitas seru lain. Berhasil kah? Kadang sukses kadang juga berakhir dengan Keumala mogok dan ngambek. No problemo, coba lagi lain kali. ☺

Masih banyak permainan seru ala Montessori yang bisa dicoba untuk mengoptimalkan panca indera dan tumbuh kembang anak, tapi jangan lupakan asupan nutrisi untuk tubuh dan otak juga ya Sahabats. Goalku tentunya pengen Keumala punya kecerdasan multitalenta karenanya investasi nutrisi pada fase golden age adalah syarat utama dalam perkembangan anak (melihat/mendengar, bicara/bahasa, dan kecerdasan yang lebih kompleks). Nutrisi yang berkualitas di masa awal kehidupan akan menjadi penentu kecerdasan anak dan kualitas kesehatan di masa depan.

Morinaga Chil*School Platinum

Sahabats pasti sudah kenal sama brand Morinaga ya, apalagi di tahun 2014 lalu Morinaga mendapatkan penghargaan Indonesian Wow Brand Champion Award 2014. Pabrik Morinaga sendiri sudah berdiri di Indonesia sejak tahun 2005 dan memproduksi susu bayi yang jadi andalan ibu Indonesia untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil. Kalbe Nutritional Research Center dan Morinaga Research Center Japan selalu mengembangkan penelitian dan berinovasi agar mutu dan kualitas produknya terjamin. Mungkin karena brand nya cukup punya nama di Indonesia, aku pun nggak ragu mencoba susu formula ini untuk melengkapi gizi harian Baby K.

Keumala lepas ASI di usia 2,5 tahun dan sejak usia 2 tahun aku mulai dampingi dengan susu formula. Ibarat cari jodoh, susah juga nemuin susu formula yang pas buat Keumala karena Keumala cenderung suka rasa gurih ketimbang manis.  Sampai akhirnya kenalan sama Morinaga Chil*School yang kemasannya merah meriah dan langsung menarik perhatian Keumala. Gambar dua bocah di kemasannya bikin Keumala semangat minum susu, “pengen sekolah kayak kakak,” kata Keumala. Ada 3 varian rasa Chil*School yang bisa dipilih; madu, vanila, dan cokelat, semua kesukaan anak-anak banget ya. Kalau Keumala suka rasa vanila yang manisnya ringan dengan perpaduan gurih vanila yang Keumala suka. Kalau Sahabats pengen nyoba beli buat si kecil, Morinaga Chil*School Platinum sudah tersedia dalam kemasan 400gr dan 800gr.

Morinaga Chil*School Platinum merupakan susu pertumbuhan anak usia 3 -12 tahun dengan sinergi nutrisi yang tepat dengan kandungan MoriCare+ Zigma Triple Bifidus yang aktif mendukung generasi platinum multitalenta yang mendukung pertumbuhan otak, pertahanan tubuh ganda (nukleotida, laktoferin, prebiotic GOS yang membantu melawan infeksi dan menjaga kesehatan saluran pencernaan) serta mendukung tumbuh kembang yang optimal. Perpaduan yang pas banget sih menurutku, stimulus dari luar dengan menerapkan metode Montessori sedangkan stimulus dari dalam dengan memberikan Morinaga Chil*School Platinum.

Kalau Sahabats butuh info lebih lengkap soal tumbuh kembang anak dan Morinaga Chil*School Platinum MoriCare Zigma bisa langsung cuuzz ke www.morinagaplatinum.com atau pantengin instagramnya di @morinagaplatinum. Bakalan banyak ilmu dan info menarik yang bisa Sahabats temukan di sana.

Jadi orangtua memang nggak ada sekolahnya dan pasti sepanjang jalan kita akan menemukan kesulitan bahkan merasa gagal, but you are not alone. Nggak perlu menyalahkan diri sendiri dan jangan lupa untuk terus upgrade ilmu setiap saat supaya bisa menjadi orangtua yang baik dan bisa mendampingi semua proses tumbuh kembang anak dengan sempurna. Banyak metode yang bisa kita terapkan untuk membantu menstimulus perkembangan anak. Tapi penting buat diingat ya Sahabats, sekeren apapun metode yang kita terapkan, kalau orangtua nggak terlibat langsung pasti beda deh hasilnya. So luangkan waktu kita demi si kecil ya, jangan sampai nanti kita menyesal. Waktu tak bisa kembali, so jangan sia-sia kan kesempatan untuk mendampingi si kecil ya Sahabats. We can never turn back the time yet we can always learn from our mistakes and move forward to be a better parent.

No comments:

Post a Comment