Showing posts with label cara menumbuhkan empati dan mau menerima kekalahan pada anak. Show all posts
Showing posts with label cara menumbuhkan empati dan mau menerima kekalahan pada anak. Show all posts

Monday, October 3, 2022

Cara Mengajarkan Anak Tentang Sportifitas dan Menerima Kekalahan

Assalamualaikum Sahabats …

Saat ini kita semua sedang merasakan duka yang mendalam akibat tragedi Kanjuruhan. Ratusan nyawa melayang karena tida bisa menerima kekalahan tim kesayangan. Sebagai orangtua aku merasa diingatkan lagi oleh kejadian ini. Sudahkan kita mengajarkan arti sportifitas pada anak? Bagaimana cara menyiapkan anak ketika menerima kekalahan?

Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Sebuah tamparan keras dan sejarah kelam bagi olahraga Indonesia. Sebuah pertandingan bola yang awalnya berjalan lancar bisa berubah jadi tragedi manusia. Ratusan nyawa manusia melayang dalam hitungan menit.

Nggak kebayang gimana perasaan keluarga yang ditinggalkan. Semoga Allah kasih mereka semua kesabaran dan keikhlasan menerima musibah ini.Tragedi kanjuruhan bukan terjadi karena bentrok antar suporter tapi karena suporter Arema tidak terima dengan kekalahan yang dialami klub bola kesayangan mereka.

Jadi nggak habis fikir sih. Kok bisa sampai kejadian kaya gini? Apa kabar sportivitas? Bukankah kalah menang dalam pertandingan adalah hal biasa?

Kalah dalam Sebuah Kompetisi adalah Hal yang Wajar

Kadang sebagai orangtua kita secara nggak sadar bikin anak terlalu kompetitif. Ikut lomba ini itu bukan karena keinginan anak, tapi untuk memuaskan ambisi orangtua. Ketika anak mengalami kekalahan kita cenderung menyalahkan dan nggak menghargai usaha mereka.

Dari pengalaman semacam ini apa yang anak bisa dapatkan? Mereka akan merasa kalah itu buruk. Akhirnya nggak bisa menerima kekalahan. Nah ini yang jadi benih-benih di masa depan anak akan nggak terima ketika kalah.

Padahal dalam sebuah kompetisi menang atau kalah itu hal yang wajar. Sesekali mengalami kekalahan justru baik lho menurutku. Menanamkan sikap menerima kekalahan sangat banyak manfaatnya bagi perkembangan anak. Di satu sisi, mereka akan bisa mengevaluasi penyebab kegagalannya. Sementara di sisi lain, anak memahami pentingnya bersikap adil atau menghargai hasil yang sudah terjadi.

Tanamkan Rasa Sportivitas Sejak Dini pada Anak

Sportivitas adalah sikap adil dan jujur mengakui kelemahan dan kekurangan diri di hadapan lawan atau mengakui keunggulan lawan. Sudah kewajiban kita sebagai orangtua untuk menanamkan sikap mulia, bahkan memberikan contoh.

Bulan kemarin Keumala sempat ikut beberapa lomba, dan semuanya kalah hahaha. No problemo sih buatku, toh ikutan lomba memang bukan mengejar kemenangan tapi buat pengalaman dan just for fun.

Berdasarkan pengalaman yang kami alami, aku mau sharing cara agar anak bisa menerima kekalahan. Semoga bermanfaat ya Sahabats. 🙂

1. Proses Adalah yang Terpenting

Sebelum awal lomba aku sudah sounding bahwa menang kalah itu biasa, yang penting adalah prosesnya, usaha yang kita lakukan. Pokoknya berusaha sebaik mungkin dan menikmati semua prosesnya, one step at a time.

Kalaupun setelah berusaha ternyata gagal, setidaknya Keumala sudah mencoba. Insyaallah bisa dievaluasi bersama apa penyebab kegagalan. Jadi lain kali lomba lagi sudah tau kekurangannya dimana dan bisa diperbaiki.

Selain itu aku minta Keumala melakukan semuanya dengan bahagia, menang atau kalah, kami sebagai orangtua akan selalu bangga sama Keumala.

2. Selalu Beri Support dan Semangat

“Kok kalah sih? Gitu aja nggak bisa. Payah deh.” Daripada berkata-kata negatif yang akan membekas sampai mereka dewasa coba yuk kita ubah kalimat kita dengan afirmasi positif.

“Makasih ya dek sudah berusaha. Nggak apa-apa kalah, insyaallah lain kali berusaha lebih baik lagi ya.”

Alhamdhulilah nggak perlu waktu lama, Keumala udah ceria lagi, bahkan bisa kasih selamat temennya yang menang. Dari sini aku belajar ternyata dukungan dan semangat yang kita kasih ke anak membuat mereka bisa menerima kekalahan, bahkan mengakui kemampuan lawan.

3. Ajak Anak Memberi Selamat pada Pemenang

Sportivitas bukan hanya menerima kekalahan, tapi juga mampu mengakui kemampuan lawan. Susah pasti mengawalinya karena gimana pun fitrah anak pasti merasa sedih saat kalah. Aku siasati dengan memberi contoh lebih dulu.

Aku ajak Keumala mendatangi temennya yang menang, ajak kasih selamat bareng. Anak pada dasarnya mudah memaafkan dan melupakan. Pengalaman ini juga mengajarkan anak untuk besar hati dan tetap menjaga hubungan pertemanan meskipun ada kalanya berkompetisi. Kalau udah berhasil melakukan tahap ini jangan lupa kasih pujian buat anak kita karena sudah melakukan sesuatu yang super duper keren. 🙂

Tapi kalau mereka masih bete, kesel karena kalah jangan dipaksa juga ya. Kita kasih contoh aja dulu insyaallah anak bakalan ngikutin kok. Anak-anak itu bak mesin foto kopi tercanggih di dunia. Kebaikan yang dilakukan orangtua akan dicontoh mereka, begitu pun ketika kita melakukan keburukan.

4. Jadilah Contoh yang Baik

Kadang yang suka kesel berlebihan justru kita sebagai orangtua. Aku juga merasakan kesel dan sedikit nggak terima waktu Keumala kalah. Tapi balik lagi mikir, kalau aku terpancing emosi, sedih, atau komentar negatif kira-kira Keumala bakalan menyerap pengalaman apa?

Melihat Keumala kesal, aku ajakin istighfar dan bersabar. Kalah memang tidak menyenangkan. Namun yang paling penting adalah bagaimana bisa menerima kenyataan dan berdamai dengan hal tersebut. 

Jadi aku coba pasang wajah gembira. Bersyukur karena sudah selesai lomba dan meyakinkan Keumala akan ada kesempatan lain untuk mencoba. Contoh yang baik pasti akan diterima anak dengan positif juga.

5. Tetap Beri Hadiah Meskipun Kalah

Selesai lomba apapun hasilnya terima dan lupakan. Selain kasih pujian, boleh juga kasih hadiah karena mereka sudah berusaha sekuat tenaga. Jangan lupa kasih penjelasan bahwa hadiah itu sebagai apresiasi atas kerja kerasnya dan berkompetisi sesuai dengan aturan.

Anak-anak itu simple banget kok. Cukup dengan sepotong es krim atau beliin buku yang mereka pengen, dijamin semua rasa kecewa menguap.

Semoga tragedi kanjuruhan bisa terselesaikan dengan baik. Pihak yang berwenang bisa segera menyelesaikan dan menghukum pihak yang bertanggung jawab dalam tragedi kanjuruhan.

Tapi yang terpenting kita semua harus bisa mengamnil hikmah dan pelajaran dari kasus ini bahwa aturan memang harus ditegakkan dalam keadaan apapun. Dan sebagai orangtua penting banget untuk menanamkan sikap sportivitas sejak dini.

Next time ada kesempatan berkompetisi jangan lupa menekankan pentingnya proses dan usaha daripada sekedar meraih juara ya Sahabats. Dengan mengajarkan sportivitas sejak dini insyaallah anak-anak akan lebih mudah menerima kekalahan dan jadi pribadi yang tangguh.

Cara Agar Menghindari Produk Asuransi Syariah Tertunggak

Assalamualaikum Sahabats … Klaim asuransi yang Sahabats ajukan bisa diterima dengan mudah ketika polis asuransi dalam kondisi aktif. Apabila...