Boleh dibilang aku terobsesi membawa Nadia berkemah. Traveling model backpacking sih alhamdhulilah sering, tapi aku ingin membawa Nadia merasakan suasana baru. Camping di alam terbuka, makan mie rebus di samping api unggun, dan menikmati malam bertabur bintang gemintang. Menikmati malam yang sederhana jauh dari peradaban.
Berkemah pasti membutuhkan banyak peralatan, mulai dari tenda, sleeping bag, dan sebagainya. Terus terang kalau harus membeli semuanya saat itu kami tak cukup dana hehehe, akhirnya kami mengajak dua orang teman kantor abang yang memang sudah biasa naik gunung, sekalian nebeng peralatannya gitu. 😛
Perjalanan jadi makin seru dan sangat terbantu dengan kehadiran kedua teman abang. Pak Sukron yang sudah menaklukan banyak gunung pasti sudah berpengalaman dan akan sangat membantu kami. Ada juga Adi yang hobby jalan-jalan dan langsung mengiyakan ajakan kami. Tanpa mereka keinginanku camping bersama Nadia nggak akan terwujud, so thanks a lot Pak Sukron and Adi. 🙂
Kami mengunjungi sebuah tempat yang sedang naik daun di kalangan traveler Jawa Timur. Sebuah bukit yang dihuni oleh Suku Tengger yang dahulu merupakan bukit terlarang. Bukit yang dikelilingi oleh pemandangan yang luar biasa indah dan tiada duanya. 🙂
B29. Sebuah bukit yang terletak di Desa Argosari, kecamatan Senduro. Tepatnya sekitar 40 km dari pusat kota Lumajang, Jawa Timur. Puncak bukit ini merupakan puncak tertinggi dari kawasan lautan pasir yang berada di Bromo dengan ketinggian 2900 dpl. Karena itulah bukit ini disebut dengan B29 atau beberapa traveler menyebutnya dengan “Negeri Diatas Awan.”
Jalanan kian menanjak terjal saat kami memasuki pintu gerbang Desa Argosari. Jalanan yang rusak dengan jurang di sisi kiri jalan membuat mobil yang kami gunakan bergerak pelan. Yah sambil menikmati pemandangan yang hijau membentang hingga akhirnya mobil kami berhenti di sebuah portal yang didirikan warga. Belasan pemuda desa menawarkan jasa ojek untuk mencapai puncak B29. Menurut mereka mobil tak akan sanggup melewati jalanannya yang penuh dengan tanjakan tajam. Tadinya kami berfikir untuk jalan kaki. Setelah menengar cerita seorang pemuda bahwa jalan menuju B29 tak beraspal, rusak, dan sangat curam, akhirnya kami memutuskan naik ojek.
Bayangkan harus berjalan menanjak sejauh 7km dengan ransel seberat 15 kg di punggung? Jangankan membawa ransel, membawa tubuh sendiri pun sudah cukup berat. Kami lebih baik menyerah dan menyimpan tenaga untuk mengeksplorasi B29 saja.
Setelah sepakat dengan tariff Rp.50.000 kami pun berangkat. Aku dan Nadia menumpang satu ojek, suami dan dua orang temannya menggunakan masing-masing satu ojek. Ternyata benar. Sepanjang jalan yang kami lalui bukit curam dan terjal menjadi pemandangan utama. 45 menit kemudian kamipun sampai di puncak B29.
Gulungan kabut putih yang tebal menyambut kedatangan kami. Rupanya inilah mengapa lokasi ini dikenal dengan Negeri Diatas Awan. Gumpalan kabut putih terlihat seperti awan menutupi jajaran pegunungan di hadapan kami. Untuk yang kesekian kalinya aku kehabisan kata-kata. Pemandangan yang ada di depan mataku belum pernah kulihat sebelumnya. Lukisan Sang Maha Pencipta yang luar biasa sempurna, tanpa cela setitik pun. Duh Gusti … terima kasih karena Kau mengizinkan aku menyaksikan Kebesaran Mu. “Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang hendak Kau ingkari? (QS. Arrahman)
Terpesona pada keindahan B29 membuatku sejenak melupakan udara dingin yang mulai menyusup. Aku segera memakaikan jaket, topi, dan sarung tangan pada Nadia. Setelah mengambil beberapa foto, kami melanjutkan perjalanan menuju bukit tertinggi di lokasi ini. Jaraknya kira-kira 1km dengan jalan menanjak terjal. Syukurlah Nadia tak complain sedikitpun. Nadia bahkan lebih memilih jalan dengan kedua om barunya daripada dengan kami. 😉 Dia menikmati setiap langkah kakinya, bahkan asyik berpose di berbagai tempat tanpa sedikitpun merasa kedinginan.
Puncak bukit ternyata lebih indah lagi. Subhanallah! Beruntung sekali kami bisa sampai kemari. Segera saj kami mendirikan tenda dan menyiapkan beberapa keperluan sebelum sang surya kembali keperaduannya. Kami sengaja berangkat agak siang dari Sidoarjo dalam rangka mengejar sunset, and mission accomplished! 🙂 Lamat-lamat terdengar suara adzan Magrib, saatnya memenuhi panggilan Allah.
Malam semakin larut dan dingin kian menggigit. Bahkan dua lapis jaket pun belum dapat mengalahkan gempuran udara dingin. Setelah menyantap segelas popmie dan secangkir kopi panas aku membawa Nadia masuk ke dalam tenda. Nadia sempat complain karena harus tidur tanpa kasur dan bantal (kemah kok cari kasur sih nduk heheh), tapi belum lagi aku selesai membacakan doa sebelum tidur, matanya sudah sukses terpejam. Gabungan rasa lelah dan hangatnya sleeping bag membuat tidurnya sangat nyenyak malam itu. Sleep tight honey. 🙂
Bagaimana dengan si emak? Well .. semalaman aku tak bisa tidur. Tubuhku yang biasanya tahan dingin malam itu menyerah kalah. Berkali-kali aku terbangun sambil menggigil kedinginan. Pukul 00.00 abang membangunkanku untuk melihat sesuatu. Rupanya malam itu Allah memanjakan kami dengan ribuan bintang yang bersinar di langit. Hingga pukul 03.00 pagi mataku gagal terpejam lagi. Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan ngobrol di bawah sinar bintang menanti kehadiran sang fajar di ufuk Timur. Dingin semakin menusuk tubuh. Menurut perkiraan sih suhu udara disini mencapai 5° Celcius. Brrrr….
Tak lama guratan jingga sinar matahari mulai menghiasi cakrawala. Kami dan beberapa orang yang berkemah diatas B29 berkumpul menyambut mentari. Gunung Bromo yang sempat menghilang dalam gelap mulai menampakkan diri. Lukisan Sang Maha Besar kian sempurna bersanding dengan gagahnya sang mentari. Langit bersemu kemerahan sementara kabut mulai menghilang dari pandangan. Di depan kami Gunung Bromo dan Gunung Batok berdiri dengan gagahnya, sementara di sisi kiri Gunung Semeru terlihat angkuh dan kuat.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 07.00. Kemarin mas Coki sudah berjanji akan menjemput kami lagi ditempat yang sama. Kami pun segera berkemas dan mengumpulkan sampah. Tak boleh ada satu sampah pun yang tertinggal saat kami turun nanti. Meskipun bukan anggota pencinta alam kami tetap menjunjung tinggi semangat mereka.
JANGAN MENINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK
JANGAN MENGAMBIL APAPUN KECUALI FOTO
JANGAN MEMBUNUH APAPUN KECUALI WAKTU
Subhanallah, keren banget!!
yuk kesana, liat langsung lebih keren 🙂
Mbaaa, apa malah gak ngeri pake ojek gtu?
Cantik banget. Adi kangen muncak. 🙂
ngeri pake banget mbak, beberapa aku sempet teriak tapi seru juga sih heheh 😛
Duuh pengiiin mak…pasti menjadi kenangan tak terlupakan apalagi bagi nadia
semoga teringat terus sampe dewasa nanti ya mbak 🙂
Ini yang dibuat suting film 5cm itu, ya? Ternyata lebih indah foto-foto di atas, pasti pemandangan aslinya lebih indah lagi 🙂
betul sekali. yuk kemari 🙂
Wah seru, masih kecil Nadia sudah sering main di alam. Kereeeen. Pengen deh bisa kayak gitu. Tp 3 anak mah repooot. Salut buat Mak Muna.
Bukit B29-nya indah banget, ya. Beneran, kayak negeri di atas awan. TFS, Mak. ^^
insyaallah kalo udah agak gedean ya mbak 😉
Masya Allah, indahnya, Mak! Kayak lukisan. Jadi semakin bersyukur, banyak-banyak bersyukur. Senang banget, ya, traveling terus. Aku jadi pengin ajak anak-anak kamping ke gunung juga. 🙂
alhamdhulilah seneng banget dikasih kesempatan menjelajahi tempat2 indah mbak. yuk ajakin anak2 camping, seru lho 😉
Bromo selalu menarik untuk dikunjungi kapanpun.
Rute ini juga bisa ditempuh dari tempatku mbak, nama tempatnya Mentigan dekat titik pantau pos aktivitas bromo tengger semeru.
Mbak, ada rute yg blm terlewati, ‘ranu kumbolo’ semoga bisa kesana rame2.
ammiiiinn..insyaallah itu target selanjutnya mas 🙂
dulunya B29 bukit terlarang, kenapa kok sekarang diijinkan masuk..?
cantik banget mbak Muna suasananya
btw asal nama B29 dari mana ya …dulu itu merk sabun soale he..he..
ya itu mbak Bukit dengan ketinggian 2900dpl makanya disingkat B29, biar gampang ngingetnya x ya 😉
no comment,ANDA BERUNTUNG mbkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……….heummm,berasa di dunia lain ^^
beruntung sangaaatttt 🙂
cantik banget ya mak… haduuuh mupeng..
mudah2an suatu hari bs sharing keindahan macam ini. amiin
bangeeett..nggak nyesel deh mak kalo kesana 🙂
Jadi pengen jalan2 🙂
yuuukkk 😉
Keren banget mbak…. aaaaaak…. Nadia beruntung nih punya mama asik yg ngajakin naik gunung *daftar jd anak mbak muna* :))) btw baru tau nih b29 masuk waiting list ..
wkwkwkk…boleh2 bayar uang pedaftaran 50.000 deh 😛
keindahan dari B29..subhanallah, tapi kok namanya B29 ya…jadi ingat sabun B29 dan artis lawas Rahmi B29,
btw-apa sich isi ranselnya sampe bebannya 15 kg… 🙂
keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
hahaha…lumayan banyak pak. ada tenda, sleeping bag, matras, macem2 lah 😉
Aaak kereeen! Jadi pengen ngajak anak2 jalan2
ajakin camping mak, pasti seneng deh 😉
subhanallah.. keren banget..
smoga saya & keluarga bisa camping juga suatu saat nanti 🙂
amiinn… semoga bisa segera kemari ya 🙂
Ke Bromo udah, tapi aku kudet banget ya dengan nama B29. Aku belum pernah dengar. Pernah ngajak anak2 ke Dieng dan muncak ke Sikunir dini hari untuk liat Negeri di Atas Awan versi Dieng, tp gak berani camping. Lha …di homestay aja pada menggigil xixixi. Tapi keren Muna,,,, jadi pengen…. *terima ajakan camping xixixi
ini mang baru banget mak, masih banyak yg belum tahu.
ayo ah kutunggu di Jatim kita muncak bareng 😉
aaaw aaw aaawwww…….
beautiful and lovely! Salut sama Nadya yang berani dan tahan dingin! Subhanallaah, semoga mengikutin jejak mom traveller yaa Nad!
aku suka semua pic-nya mbak Muna, especially yang ama yayang itu loooh ^_^
Ammiiinn..harapanya sih begitu mbak, Nadia yg jadi penerus kaki gatel kedua ortunya 😉
subhanallah..keren banget mak…Ya Allah..Engkau Maha Agung
cuma Allah yang bisa bikin lukisan sesempurna ini mak 🙂
jadi pengen kesini lagiii ^_^
hayuuk barengan 🙂
Subhanallah… cantik sekali…. Dan senyum ceria little princess pun makin mempercantik foto2 itu… 🙂
makasih aunty 🙂
Mama-nya Nadia, kalo boleh e-mail ke aku no telp dong, kepengen coba ke B29 nih setelah baca blognya 🙂 tapi mau nanya2 lebih detail dulu, thanks
lupa emailnya : aga_ananta@yahoo.com hehe 🙂
dengan senang hati mbak, langsung email aku ke munasungkar@gmail.com yah 🙂
Mbak Muna ..
Lumajang tempat lahir beta, tapi sampai sekarang justru belum pernah ke B29. Saya sudah merencakanan ini Insya Alloh liburan nanti
asyiikk… ditunggu ceritanya mas 🙂
SubhanAllah… Harus segera kesana sepertinya, InsyaAllah…
harus banget .. 🙂
mbak misal sy bawa motor trail, trus dari sana nggak ngojek boleh gak?
jadi lanjut bawa motor trail. boleh kagak?
kayanya boleh mas, saya lihat banyak kok yang bawa motor. cuma kalo mau kemah terus motornya ditaruh dimana, itu yang saya nggak tau. karena diatas motor nggak boleh naik (di tempat kemahnya)
Amazing mom….. Jadi tertarrik untuk menhampirinya…
Btw mo naklukin semeru…? Lets go mom… Kita injakan kaki kita di puncak mahameru…
Sudah jd agenda penting nih ke Semeru. Semoga segera terwujud 🙂
B29 ini kelak akan dikembangkan semacam Pananjakan 1/2 di Bromo, sebuah anjungan pandang untuk melihat pemandangan sunrise/sunset. Tempat ini semakin populer, makanya ramain banget pas weekend.
Foto bintang-bintangnya keren, berlimpah! Merinding lho Mbak kalau lihat gumpalan awan dan matahari terbit itu, rasanya “speechless”. 🙂
setuju mas, perasaan dipuncak itu memang luar biasa. liat ribuan bintang berkilauan, sunrise yang cantik.. bener2 ga terlukiskan ya. subhanallah 🙂