Assalamualaikum Sahabats …
Seantero jagad media sosial heboh dengan berita kedatangan Coldplay ke Indonesia. Sejak jauh hari tiket yang harganya selangit udah jadi rebutan bak kacang goreng. Apakah Sahabats kemarin sempat ikutan heboh ikutan war dan berburu tiket Coldplay?
Sebagai seorang fans Coldplay sejak album pertamanya rilis di tahun 2000an, bisa dibilang aku hafal sebagian besar lagu mereka. Bahkan jaman kuliah dulu sempet juga koleksi album mereka dan sampai detik ini playlist ku pun masih didominasi lagu-lagunya Coldplay.
Lagu-lagu Coldplay jadi inspirasi bagiku untuk mendalami bahasa Inggris dan seringkali jadi temen belajar bahkan saat mengajar sekarang ini. IYa … sengefans itu aku sama grup band asal Inggris ini. Tapi kemarin aku nggak ikutan war sih.
Wah bukan fans sejati dong berarti? Maunya sih ikutan nonton dan menyaksikan aksi panggung babang Chris Martin secara live, apa boleh buat kocek lagi nggak mendukung. Ya wes lah cukup bagiku menikmati mereka via playlist aja. Di hatiku Coldplay tetap tak tergantikan. Tsaaaah
Coldplay, Band yang Berkembang Mengikuti Perkembangan Zaman
Jarang ya ada band musik yang bisa bertahan puluhan tahun dan masih terus produktif mengeluarkan album seperti Coldplay? As a big fan I have to appreciate this fact. Selera musik terus berubah mengikuti zaman dan hebatnya Coldplay bisa mengikuti arus perubahan tersebut.
Kalau Sahabats mengamati musiknya Coldplay di awal mereka muncul (tahun 2000an) dengan lagu-lagu yang mereka punya sekarang memang cukup jauh perbedaannya. Di awal kemunculan Coldplay menurutku band ini lebih ke arah alternative rock, dan memang terdengar apa adanya dan bukan sekedar bermusik untuk mendapatkan keuntungan.
Sebut saja lagu di album Parachute dan A Rush of Blood to the Head, nuansa rock nya berasa banget menurutku dan itulah yang dulu bikin aku suka sama Coldplay. Terlebih dengan suaranya babang Chris Martin yang khas itu. Masuk banget di telingaku.
Musik Coldplay (menurut aku sih) mulai berubah sejak 2008 kalau nggak salah di album mereka yang berjudul Viva La Vida or Death and All His Friends. Nuansanya bukan lagi kental rock tapi lebih “rame” dengan elemen musik beragam termasuk sound yang diproduksi komputer. Dan rupaynya banyak juga penggemar Coldplay yang bertahan dan makin fanbase makin nambah banyak.
Mau dibilang nggak idelais lagi atau sekedar mengejar cuan ya terserah pendapat orang aja. Mengikuti perkembangan zaman memang ada bagusnya ya Sahabats, jadi meskipun band lama tapi tetap bisa menjangkau fans baru. Aku pun sebagai fans lama bisa aja kok menikmati lagu-lagu Coldplay yang baru.
Seperti lagu Coldplay yang judulnya A Sky Full of Stars, berasa banget Pop tapi tetep asyik juga dinikmati. Apalagi setelah jadi salah satu lagu yang muncul pada film Sing 2, lagu ini makin sering terdengar di radio dan banyak penggearnya. Termasuk Keumala heheheh..
Hebatnya lagi saat KPoP lagi mendunia Coldplay bahkan bisa duet sama BTS (My Universe) yang konon top boyband saat ini. Menurutku ini bukti kalau Coldplay cerdas membaca pasar sih. Fanbase KPop terutama Army udah pasti lah jadi ikutan ngefans Coldplay. Mungkin mereka dulu bahkan nggak kenal ColdPlay karena fans KPop kan biasanya anak abege ya.
Bagiku bisa menghasilkan musik diterima semua kalangan itu sungguh cerdas. Terbukti fans Coldplay terus bertambah dan setiap kali konser selalu sold out tiketnya. Penampilan semua anggota Coldplay yang bersahaja dan lagu-lagu mereka yang bisa dterima semua kalangan itulah yang menurtku jadi kunci kesuksesan Coldplay hingga hari ini.
Nonton karena Ngefans atau Sekedar FOMO?
Nah yang jadi pertanyaan saat ini di kepalaku tuh dari ribuan manusia yang ikutan war tiket Coldplay apakah semuanya fans Coldplay? Atau hanya karena gaungnya begitu menggelegar di jagad media sosial sampai mereka memaksakan diri beli tiket Coldplay meskipun harus ngutang?
Konon kabarnya ada perusahaan yang menawarkan pinjaman buat staff nya untuk beli tiket Coldplay. Bijak atau nggak aku nggak berani menilai karena aku nggak tau niatan mereka nonton konser Coldplay karena apa?
Jangan sampai hanya karena FOMO (Fear of Missing Out) kita jadi memaksakan sesuatu yang sebenernya kita nggak mampu ya Sahabats. Hanya sekedar pengen timeline sosial media penuh dengan foto konser Coldplay abis itu dikejar-kejar debt collector. Apa manfaatnya??
Innamal a’malu binniyat, semua pada akhirnya kembali pada niat kita. Dan hanya kita yang paling tahu apa niatan kita. Ukur kemampuan diri sendiri aja jangan memaksakan nonton konser meskipun ini mungkin pengalaman sekali seumur hidup. Kalau emang nggak sanggup beli tiketnya kaya aku ya udah senyumin aja.
Buat yang udah berhasil beli tiketnya Coldplay, I feel happy for you. Buat yang ngenes kaya aku no worries Sahabats, bukan berarti kita jadi fans yang gagal kalau nggak bisa datang konsernya Coldplay. Semangat ya (diriku) hahahah!!!