Assalamualaikum Sahabats ….
Sejujurnya keinginan untuk memasukkan kakak ke pesantren sudah ada sejak kakak masuk kelas V. Mengingat aku nggak punya background pengalaman belajar di pesantren jadi aku banyak menimba ilmu dari saudara, teman, dan tentunya suami yang lulusan pondok pesantren. Ternyata cukup banyak hal yang perlu dipersiapkan ketika kita sebagai orangtua mantab untuk memasukkan anak ke pondok pesantren.
Sejak kelas V kami sudah sounding ke kakak tentang harapan kami agar kakak masuk pondok. Awalnya dia keberatan, tapi dengan penjelasan dan pertimbangan yang kami berikan lambat laun pikirannya berubah. Apalagi setelah tau banyak teman-temannya yang juga mau mondok. Alhamdhulilah Allah mantabkan kakak dan kami untuk lanjut studi ke pondok pesantren.
Barulah menata hati bakalan jauh dari anak datanglah negara COVID 19 menyerang dan drama PJJ pun dimulai. Hati ini jadi lengah bahkan program yang kami sudah atur untuk mempersiapkan mental dan kedisiplinan kakak sebelum mondok jadi kacau. Walhasil begitu sekolah mengumumkan akan membuka PTM (pembelajaran Tatap Muka), kami kalang kabut dibuatnya.
2 lembar daftar barang yang harus dibawa harus kami penuhi dan masih harus meluruskan niat dan semangat kami bertiga yang sempat pudar. 2 minggu sebelum hari H, kakak mulai karantina mandiri sementara aku sibuk kesana – kemari mempersiapkan barang bawaan kakak. Sibuk menyiapkan barang sampai lupa pulak menata hati dan akhirnya hari itu datang. Hari dimana kami harus benar-benar ikhlas melepaskan Nadia yang selama 9 tahun jadi anak tunggal kesayangan mama papa. Nadia yang selama hampir 13 bisa dibilang nggak pernah jauh dari kami. Sungguh sebuah perasaan yang baru dan sama sekali nggak sanggup aku dijabarkan dengan kata-kata.
Mengapa Harus Pesantren?
Alasan pertama dan paling utama adalah melaksanakan perintah Allah dengan harapan kelak kami sekeluarga akan berkumpul di surga Nya Allah. Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna ayat tersebut dengan, “Didiklah diri dan keluargamu dengan perbuatan baik dan saleh.” Allah Ta’ala secara tegas memerintahkan kita untuk mendidik diri sendiri dan keluarga dengan ajaran-ajaran agama. Dengan begitu, terbentuklah suatu keluarga Muslimin yang bertakwa.
Kita hanya bisa selamat dari dunia yang sudah semakin embuh ini hanya dengan berpegang teguh pada tali Allah. Jadi bekal agama adalah yang paling penting. Meskipun kami nggak memilih pesantren khusus tahfidz tetap saja ada target hafalan qur;an, sejauh ini kakak sudah hafal 2 juzz, semoga Allah mudahkan kakak menghafal Al quran. Aaamiin ya Allah. 🙂
Tapi kami tetap nggak menafikan ilmu lainnya karena itu kami pilih lanjut ke SMPIT yang memadukan muatan agama dan kurikulum nasional, jadi harapannya bisa dapat kedua ilmu. Pertimbangan ini pun sudah kami sampaikan ke kakak. Nah nanti apakah kakak akan lanjut kuliah ilmu agama atau ilmu lainnya itu sepenuhnya keputusan Nadia. Intinya bekal agama sudah mantab tertanam di diri kakak, selanjutnya kami hanya bisa support dan berdoa yang terbaik apapun pilihan Nadia kelak.
Survey ke Beberapa Pondok
Sejak awal aku kasih beberapa alternatif pilihan pondok, tapi lebih mengerucut ke pondok pilihan kami karena memang track record nya sudah jelas dan arah pendidikannya kami sudah cocok. Tetap kami buka kesempatan kakak lihat dan survey pondok lain, alhamdhulilah mantab juga ke pilihan kami.
Ajak anak mengunjungi pondok. Sebelumnya komunikasi dulu dengan pihak pondok, minta izin untuk survey lokasi. Insyaalla mereka nggak akan keberatan. Bahkan kami dapat private tour dari ibu asrama langsung jadi bisa tanya macam-macam juga seputar kehidupan pondok. Kalau anak mantab, bismilah yakinkan juga kemantaban kita sebagai ortu tapi kalau anak nggak sreg dengan pilihan kita jangan dipaksa juga karena toh mereka yang menjalani. Kuncinya komunikasi 2 arah ya Sahabats.
Persiapkan Kemandirian Anak
Syukurlah kami bukan termasuk orangtua yang memanjakan anak dengan fasilitas dan menuruti semua kemauan mereka. Meskipun lama jadi anak tunggal, sejak kecil kami berusaha mengajarkan kemandirian pada Nadia. Dimulai mandiri dan bertanggung jawab pada diri sendiri baru setelah itu kami kasih tugas harian, seperti beberapa pekerjaan rumah tangga. Urusan cuci sepatu dan tas nggak perlu diingatkan lagi. Dan sejak kelas VI, sekaligus menyiapkan kehidupan di pondok, pakaian dalam dan kaos kaki kakak rutin mencuci sendiri. Walaupun kadang masih harus diingatkan tapi kami nggak bosan mengingatkan dan membiasakan.
Meskipun di pondok pilihan kami ada fasilitas laundry tapi ada batas kuotanya. Jadi tetep ada juga yang harus dicuci sendiri. Untuk persiapan, selama PJJ, seminggu sekali aku minta kakak cuci bajunya sendiri, cukup 1 pasang seminggu. Setidaknya kakak tahu gimana cara cuci baju, cuci piring, dan beberapa tugas domestik jadi di pondok nanti insyaallah nggak ada kesulitan. Alhamdhulilah urusan makan Nadia juga nggak pemilih. Akupun wanti-wanti di pondok nanti nggak pilih makanan. syukuri yang ada di hadapan. Makan bukan karena suka nggak suka tapi demi kesehatan insyaallah sesuai janji bakalan bawakan request makanan apa aja yang kakak pengen.
Perkuat Mental Ortu dan Anak
Sekolah sudah mulai mengirim angket yang harus diisi pihak orangtua mengenai rencana pertemuan tatap muka sejak bulan Agustus. 71% ortu sepakat untuk masuk pondok tapi karena kasus Covid 19 di Jateng belum reda keputusan ditunda. Sampai akhirnya pertengahan Oktober sekolah, dalam zoom meeting mengumumkan 31 Oktober adalah hari anak-anak mulai masuk pondok.
Awalnya Nadia sempet galau, bukan karena berubah pikiran tapi karena aturan dari pondok yang nggak mengizinkan anak-anak dijenguk dan baru bisa dijemput pada awal April 2021 nanti. Aturan ini diberlakukan karena adanya Covid 19. Untuk meminimalisir kontak dengan luar, santri hanya diperbolehkan bertemu secara virtual seminggu sekali dalam bentuk video call. Berat? Bangeeett lah. Baru pertama mondok sudah harus langsung lepas tanpa boleh dijenguk sekalipun, 6 bulan nggak bisa ketemu kami, honestly bukan hanya Nadia yang berat, aku pun berat tapi tetap coba menguatkan diri di hadapan kakak. Menyemangatinya setiap saat dan janji akan selalu mengirim apapun yang kakak butuhkan (untungnya selama dilarang jenguk ortu boleh kirim apa saja sesering mungkin).
Setiap saat menguatkan hati kakak, baik dalam doa dan perkataan yang mensupport Nadia, eh lupa dong menyiapkan diri sendiri. Sampai H-1 pas kami lagi packing, air mata perlahan menetes membayangkan mulai besok bakalan jauh dari kakak. Kamar yang biasanya berantakan dan penuh canda tawa bakalan kosong ditinggal pemiliknya. Nggak ada rutinitas mengaji bareng setelah magrib, nggak ada obrolan seru sebelum tidur. Rasanya ada sesuatu yang hilang.
Makin berat pas hari H dan sampai di pondok, seluruh ortu nggak diizinkan turun dari mobil, lagi-lagi dengan alasan meminimalisir kontak. Bayangin, 6 bulan nggak bisa ketemu dan hanya bisa meluk tanpa mengantarkan sampai kamar. Cuma melambaikan tangan dari mobil dan melepas sosok kakak sampai tak lagi terlihat mata. Di bagian ini terasa berat banget sih. Air mata tak terbendung bersama lantunan doa yang melangit. Nggak ada yang tersisa kecuali pasrah dan ikhlas melepas anak tercinta. Semoga Allah mudahkan semua urusan kakak di pondok dan kakak sehat selalu ya. 🙂
Again, pesanku buat Sahabats yang mau memasukkan buah hatinya ke pondok. Mantabkan dan kuatkan hati. Berat banget memang jauh dari anak tapi demi masa depan, kita harus tegar dan kuat. Insyaallah bisa. 🙂
Persiapan Finansial
Khusus untuk orangtua, ada baiknya dibahas dulu berdua karena masuk pondok juga berarti ada pengeluaran tambahan ya. Apalagi untuk pesantren modern dengan fasilitas lengkap, pasti biayanya nggak murah. Akan ada pos baru untuk SPP dan uang saku jadi sebagai orangtua kita harus siapkan dana tersebut. Biaya tiap pondok beda ya, tapi untuk pondok Nadia sendiri uang masuknya sekitar 15 jutaan dan uang SPP per bulan 1,6 juta lebih, belum termasuk uang saku per bulan.
Untuk anak, kita harus ajarkan mengelola uang karena mereka nggak akan bisa minta setiap kali butuh. Di pondok Nadia sendiri ada jatah maksimal uang saku bulanan dan tabungan khusus untuk uang saku, jadi anak tinggal ambil sesuai kebutuhan. Kalau sudah melebihi batas maksimal ya harus sabar nunggu kiriman bulan depan. So penting banget anak diajarkan cash flow supaya bisa mengatur uangnya dengan baik. Oya minta anak berhati-hati pegang uang, karena di kamar banyak anak, just to be save aja. Harus disiplin dan teliti sama uang dan barang sendiri.
Persiapan Barang Bawaan
Alhamdhulilah pondok sudah kasih list barang yang harus dibawa jadi kami tinggal ngikutin list aja. Dari mulai barang pribadi seperti pakaian dalam (minimal 10 stel), baju, gamis, kaos, rok, jilbab, sepatu 2 pasang, peralatan ibadah (mukena, sajadah, dan Al quran standart tahfidz). Peralatan makan seperti piring, sendok, garpu, gelas, dkk. Perlengkapan mandi dan mencuci. Karena lagi dalam masa pandemi perlengkapan kesehatan harus ekstra juga. Aku bawakan madu, vitamin, obat-obatan strandart, masker kain 10, disposable masks 3 kotak, face shield 2, hand sanitizer 3 botol, tissue kering dan tissue basah.
Jadi begitulah Sahabats, nggak mudah memang memutuskan untuk memasukkan anak ke pondok. Butuh banyak persiapan sejak jauh hari apalagi di masa pandemi ini, stok sabar dan ikhlas harus lebih diperbanyak. Hampir 2 minggu pisah sama kakak sungguh berat rasanya. Sudah menguatkan diri maksimal tapi ada masa dimana air mata ini netes gitu aja, tak terbendung, tak terhitung. Terutama ba’da magrib biasanya kami murajaah bareng. Malam pertama aku bahkan nggak sanggup baca satu ayat sampe selesai. Baru buka quran dan air mata langsung tumpah ruah tak terbendung. Setiap malam tidur dalam keadaan merindu dan hanya bisa tersampaikan lewat doa. Rindu senyuman kakak, rindu uprek2 bareng di dapur sama kakak, kangen ngobrolin grup band KPop yang sampe hari ini belum bisa aku hapal semua nama dan wajahnya, rindu riuh rendah berantemnya kakak adik di rumah. Cuma sabar dan shalat yang bisa menguatkan. (QS. Ali Irman; 200)
Ketika rindu tak tertahan, kirimkan doa terbaik untuk mereka. Semoga jalan mereka dimudahkan untuk jadi anak shalih dan shalihat. Titipkan pasrahkan pada penjagaan Allah.
Last but not least izinkan aku mengutip doa dari ibunda Iman Syafii ketika melepas anak kesayangannya pergi menuntut ilmu:
“Ya Allah, Rabb yang menguasai seluruh alam. Anakkku ini akan meninggalkanku untuk perjalanan jauh demi mencari ridhaMu. Aku rela melepasnya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Maka hamba memohon kepadaMu ya Allah… mudahkanlah urusannya. Lindungilah ia, panjangkanlah umurnya agar aku bisa melihatnya nanti ketika ia pulang dengan dada yang penuh dengan ilmu-Mu.”
Doa yang khusyu’ dan penuh harap itu demikian mengharukan hingga membuatnya berlinang air mata. Namun yang tak kalah mengharukan adalah detik-detik ketika ia melepas putranya.
“Pergilah anakku,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca, “Allah bersamamu. Insya Allah engkau akan menjadi bintang paling gemerlap di kemudian hari. Pergilah… ibu telah ridha melepasmu. Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong.”
Nadia dah gede banget ya. Bentar lagi mantu, eh 😀
Selamat berjuang ya Nok, juga buat mama papa, semoga sukses, dilancarkan dan betah.
Melu terharu aku, mbrebes mili 🙁
Aku bacanya jadi ikut merinding mbak, insya Alloh Kak Nadia semakin Sholehah dan semangat buat Mbak Muna, bisaaa
Aku bercita-cita nanti anak-anak juga masuk pesantren.
Dulu aku nggak nyantri tapi lingkungan masih agamis.
Semoga nanti bisa terkondisikan. Baca ini aja udah kebayang gimana rasanya
Mmg kadang berat ya mbak melepas anak kala msk pondok..butuh menta baja ya mbak sbg ortu….smoga jd anak Solehah yg membanggakan ortu ya mb Nadia. Pondoknya dmn tu mb?
Trimakasih mbak sharingnya.. aq jd nangis bacanya..karena skrg aq jg lg galau, anakku bentar lg mau msk pondok, tp aq ngerasa msh berat sekali melepaskannya..biasa bercanda & rame dirumah..bismillah karena Allah, semoga aq bisa ikhlas & berharap semoga anakku bs membawa aq & keluarga kekebaikan dunia & akhirat..Aamiin..
Time flyes ya.. gak kerasa Si Kakak sudah jadi gadis cantik yg belajar mandiri.. semoga lancar studynya dan sukses selalu Kak Nadia..
TFS Muna, jadi tahu nih apa2 yg harus disiapkan bila anak akan mondok.pesantren
aku terharu :”) semangat mondoknya kak. Jadi inget adikku yang mondok juga, semoga kita semua sehat selalu ya:)
Ikutan senang lihat kak Nadia betah di pondok.
Semoga anak bungsuku juga berjodoh dengan kehidupan pondok.
Aamin ya Rabbana
Keponakanku jg mondok nih mba, emg harusnya seperti inu ya survey dlu. Gak kyak kponakanku, krena kakakku ikut2an tetangga, yg bilang dsna bagus bla bla bla. Yg ada malah anaknya gak betah, dan baru bbrpa bulan pindah tempat mondok 😂
Pasti gak mudah ya mba melepas Nadia untuk menuntut ilmu. Semoga Allah memudahkan menuntut ilmu dan membarakahkan ilmunya ..aamiin
MasyaAllah hebat yaa ibunya punya hati yang luas untuk masukin anak ke pesantren. jujur aku sampai sekarang masih bingung sama anak pertama aku, apa mau dimasukin pesantren atau tidak. tapi ibunya belum bisa lepas dari sang anak.. semoga aku bisa se ikhlas mbak Muna yaaa
Makasih mba sharingnya, bisa jadi pertimbangan kalau mau nyekolahin anak ke pondok suatu saat nanti 😁
Ikut terharu baca ceritanya. Semangat, Mbak! Semoga cita-cita Nadia dan orang tuanya tercapai, ya ….
Subhanallah kak Nadia sudah mandiri sejak dini. Semoga mba juga kuat demi kebaikan anak ya mba, semoga sekeluarga mba sehat terus. Aku liat pondoknya kok kayanya seru ya mba, aku belum pernah mondok seringnya ngekos 🤣🤣
Alhamdulillah Kak Nadia betah ya di pesantren, banyak teman seperjuangan ya Kak..Insya Allah bentar lagi ketemuan ya Muna..senangnya…
Waaaaah kak nadia hebat…. semangat yaaa…. salut juga buat mba muna bisa mempersiapkan kak nadia seperti ini. thanks banget sharingnya mba… walaupun sampai sekarang saya belum bisa melepas anak ke pesantren kalau dia belum akil baligh… tapi tulisan ini bermanfaat sekali buat saya untuk berempati terhadap teman teman mama mama yang melepas anaknya ke pesantren sejak dini. semoga anak anak kita semua tetap semangat dan mamanya juga yaaaaaa…..
Wah persiapan ortu untuk masa depan anak2nya memang sdh dimulai dari usia dini ya. Salut utk bapak ibu yang sangat memperhatikan masa depan anak2nya.
Pertimbangan dan persiapan menyekolahkan anak ke pondok jauh lebih kompleks ya dibanding sekolah biasa..karena juga menyangkut minat anak dan keikhlasan orangtua melepas si anak belajar jauh dari rumah selama beberapa waktu lamanya..tapi Insya Allah hasilnya akan membawa kebaikan dunia akhirat bagi seluruh keluarga.. aamiin
Wahh semoga mbak Nadia bisa sampai hafidz Alquran ya… amiin
Seru banget untuk mbak Nadia bisa menambah pengalaman baru untuk berada di pondok. Untuk orang tua pasti deg-degan dan sedih berpisah dengan mbak Nadia. Semangat untuk Mbak Muna 🙂
Aku kebayang pasti terasa berat dan kangen sekali ya mba melepas Nadia ke pesantren.. semoga Nadia bisa lebih mandiri dan semoga Nadia selalu menjadi anak yang berbakti dan beramal sholeh.. Aamiin
Trimakasih mbak sharingnya.. aq jd nangis bacanya..karena skrg aq jg lg galau, anakku bentar lg mau msk pondok, tp aq ngerasa msh berat sekali melepaskannya..biasa bercanda & rame dirumah..bismillah karena Allah, semoga aq bisa ikhlas & berharap semoga anakku bs membawa aq & keluarga kekebaikan dunia & akhirat..Aamiin..
Insyaallah kita kuat ya mbak. Bismilah demi masa depan anak kita. Kalau kita ikhlas anak pun menjalaninya lrbih tenang. Semangat 🥰