Assalamualaikum Sahabats …
Sebagai orangtua miris banget membaca artikel yang berjudul “Indonesia Darurat Pornografi.” Hampir setiap hari ada aja berita mengenai pelecehan seksual yang dialami anak-anak. Terbaru adalah kasus kebaya merah yang sempat viral. Semudah itukah membuat dan mengakses konten porno di Indonesia? Bagaimana cara kita sebagai orangtua membentengi anak agar tidak terpapar pornografi?
Sahabats pasti kemarin juga udah sempat menyimak kasus “kebaya merah” yang sempat viral dong? Pelaku yang ternyata mahasiswi itu sudah dirungkus polisi. Bukan hanya videonya yang bikin miris tapi pengakuan si pelaku bahwa mereka sudah memproduksi puluhan video porno. Dan sesembak melakukan itu karena katanya cinta banget sama si pacar.
Apakah itu definisi cinta yang sesungguhnya? Melakukan apapun yang diminta tanpa mengindahkan agama dan norma? Dimana kah harga dirimu sebagai seorang perempuan? Sayangnya ini hanya satu dari sekian kasus yang terjadi di Indonesia. Masih banyak kasus yang belum terungkap bahkan dibiarkan.
konten porno dewasa saat ini secara sporadis merajalela di dunia maya. Semua kalangan masyarakat bisa dengan mudah mengaksesnya, termasuk anak-anak juga bisa mendapatkan konten porno dari gawainya.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkap ada 1.573.282 konten negatif yang tersebar di situs internet sepanjang Januari hingga Oktober 2021. Dari keseluruhan itu, Kominfo menemukan konten pornografi paling mendominasi.
Apa yang jadi penyebab konten pronografi dan kasus kekerasan seksual begitu masif terjadi di Indonesia? Ternyata salah satu alasannya adalah salahnya pola asuh yang kita lakukan selama ini. Bahkan beberapa psikolog menyebutkan ayah tidak hadir dalam pengasuhan anak di Indonesia.
Indonesia, A Fatherless Country
Selama ini kita mungkin hanya mengenal istilah single mother atau menduga anak-anak bermasalah biasanya datang dari keluarga broken home. Faktanya ada istilah fatherless yang artinya ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan anak.
Ketidakhadiran ayah bukan karena ayah yang sudah meninggal atau tidak ada sosok ayah dalam keluarga. Tapi lebih pada ayah hanya ada secara fisik namun tidak ada ikatan emosi terhadap anak. Sedihnya menurut penelitian Indonesia menempati peringkat ketiga dunia sebagai fatherless country.
Kalau kita mau tarik ke belakang lagi penyebab Indonesia menjadi fatherless country karena budaya patriarki yang sudah mengakar dalam kehidupan kita. Ada pembagian gender, dimana ayah mencari nafkah dan ibu mengasuh anak.
Jadi ayah nggak merasa punya tanggung jawab dalam mendidik dan mengasuh anak. Misalnya nih kalau ada sesuatu sama anak pasti ibu yang akan disalahkan. Nggak becus mengasuh, nggak bisa didik anak. Padahal baik ayah maupun ibu punya kontribusi yang sama pentingnya dalam pengasuhan anak.
FYI Sahabats Ketidakhadiran satu figur akan menyebabkan ketimpangan dalam perkembangan psikologis anak. Sisi feminim ibu membantu anak untuk mengembangkan kematangan emosi. mengasah empati dan mengajarkan kasih sayang.
Sedangkan sisi maskulinitas ayah dapat membantu anak mengembangkan logika, kemandirian, cara membuat keputusan, dan ketegasan. Dengan bantuan ayah anak akan belajar membedakan antara yang benar dan salah termasuk juga belajar bertanggung jawab atas keputusan dan memahami konsekuensi dari apa yang telah dilakukan anak.
Belajar dari Figur Rasulullah SAW
Memang benar tidak semua anak beruntung memiliki ayah. Tapi ketidakhadiran ayah bisa lho digantikan oleh figur lelaki terdekat dalam keluarga. Misalnya kakek atau paman.
Sahabats ingat dong kisah Rasulullah SAW yang terlahir yatim. Meskipun demikian, Rasulullah tidak pernah kehilangan sosok ayah karena digantikan oleh kehadiran sang kakek, Abdul Mthalib dan dilanjutkan oleh sang paman Abu Thalib.
Berkat pengasuhan dari kedua figur tersebut Rasulullah tidak pernah kehilangan sosok ayah dan belajar banyak hal dari keduanya. Rasulullah tumbuh dengan kematangan psikologis yang baik bahkan menjadi uswatun hasanah (suri tauladan) terbaik bagi manusia.
Selain dari Rasulullah kita juga harus belajar dari AlQuran tentang parenting. Kalau psikolog baru ramai membahas pentingnya kehadiran ayah dalam pengasuhan anak. Alquran sudah membahas ini sejak ribuan tahun lalu.
Coba Sahabats cek di surat Luqman misalnya. Ada dialog antara ayah dan anak yang mengingatkan pentingnya tauhid dan tidak menyekutukan Allah. Ada juga kisah teladan dalam Al-Quran.
Misalnya, kisah Nabi Ibrahim yang mendidik Ismail agar menjadi anak saleh, nabi Yaqub dan nabi Yusuf, Nabi Zakariya dan anaknya, Nabi Yahya, dan lain sebagainya.
Totalnya ada 14 kali peran ayah dalam pengasuhan anak disebutkan dalam Alquran. Sedangkan peran ibu hanya disebutkan 2 kali. Artinya justru peran dan kehadiran ayah itu amat sangat penting. Open your eyes dear dads!!!
Ayah Harus Dekat dengan Anak Perempuannya
Satu lagi nih Sahabats miskonsepsi di Indonesia adalah bahwa ayah harus dekat hanya dengan anak perempuannya. Padahal kedekatan hubungan ayah – anak perempuan ini yang menjadi fondasi bagi seorang anak perempuan agar dapat tumbuh menjadi anak perempuan yang tangguh.
Seperti kata pepatah “ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya.” Maka itulah hal pertama yang harus ara ayah tanamkan dalam diri anak perempuan. Lha gimana mau cinta kalau hadir aja nggak pernah?
Aku sendiri selalu pesan sama pak suami, jangan hanya meluangkan waktu tapi harus punya jadwal khusus berduaan sama anak-anak. Punya we time khusus sekedar untuk makan dan ngobrol sama kakak atau nemenin main adek Keumala.
Apalagi anakku kan cewek semua nih Sahabats jadi memang butuh banget figur ayah. Sementara sang papa sementara ini harus kerja d luar kota, hiks. So setiap kali papanya pulang maka kami sepakat untuk ada we time antara papa dan anak perempuan.
Kelihatannya sepele tapi dampak kedekatan ayah – anak perempuan ini panjang lho Sahabats. Anak perempuan yang memiliki hubungan dekat dengan sang Ayah akan memiliki rasa aman, kepercayaan, dan gambaran yang baik tentang melihat seorang pria, yang nantinya berpengaruh terhadap bagaimana ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan memilih pasangan hidupnya.
Dari segi pendidikan seksual kedekatan antara ayah-anak perempuan ini bermanfaat juga. Menurut Ustdaz Bendri Jayusman, tangki cinta yang dipenuhi oleh ayah akan membuat anak perempuan tumbuh dengan harga diri tinggi dan nggak mudah terbuai sama bualan para lelaki. Standart kesempurnaan lelaki adalah sosok ayah. Ayah sebagai pelindung. kepala sekolah, role model, dan penegak aturan.
jadi kalau sekarang ini banyaak banget kasus pornografi, pelecehan seksual, kehamilan di luar nikah bahkan LGBT salah satu penyebabnya adalah kurangnya kasih sayang ayah dan kegagalan ayah hadir dalam pengasuhan anak.
Kembali lagi pada contoh kasus yang kusebutkan di atas (kebaya merah). Menurut pengakuan pelaku dia rela membuat puluhan video porno atas dasar cinta sama pacarnya? Ini contoh satu dari sekian banyak anak perempuan yang kurang kasih sayang ayah. Dampaknya si anak berusaha memenuhi tangki cintanya dengan mencari pria lain. Sedihnya dia rela menjual tubuhnya demi cinta yang terlarang. Naudzubilah!
Selain itu dilansir dari Psychology Today, peneliti menemukan beberapa dampak ketidakhadiran peran ayah dalam kehidupan anak, antara lain:
- Konsep diri anak yang buruk, dengan ketidakamanan fisik dan emosional yang dirasakan anak.
- Masalah perilaku dan gangguan kejiwaan
- Takut, cemas, benci, dan merasa tidak bahagia
- Performa akademik yang buruk
- Kenakalan dan kejahatan remaja
- Pergaulan bebas, penyimpangan seksual, dan kehamilan remaja
- Penyalahgunaan narkoba dan alkohol
- Menjadi korban eksploitasi dan pelecehan seksual
- Mengembangkan hubungan yang rumit dengan pasangan di kemudian hari.
Ayah memang punya tanggung jawab untuk mencari nafkah tapi ternyata nggak hanya itu. Kehadiran ayah dalam pengasuhan anak menjadi kunci penting dalam perkembangan anak, baik lelaki maupun perempuan. Dengan bimbingan dan cinta ayah, anak insyaallah akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan positif.
So buat para ayah, yuk ah balik lagi ke surat At Tahrim, kewajiban utama para ayah adalah menjaga dirinya dan keluarganya tetap pada jalan yang diridhai Allah. Tujuan akhirnya tentu saja insyaallah berkumpul di surga ya.
Insyaallah tidak ada kata terlambat. Buat yang belum punya kedekatan segera bangun kedekatan pada anak sebelum menyesal. Bagi yang sudah hadir, terima kasih ya sudah melaksanakan amanah Allah dengan baik.
Khususon buat pak suami tercinta, makasih ya sudah jadi papa yang selalu ada buat anak-anak. Meskipun raga jauh tapi insyaallah nggak mengurangi kedekatan dan bisa selalu jadi ayah terbaik buat 2 anak gadisnya.
Pelajaran yg sangat berharga utk kita semua ya mbaaa
Aku jg mak dheggg gitu klo pas nyimak tausiyah ibu Elly Risman terkait fatherless ini
Hadeuhhh agak² mellowww jadinya
Alhamdulillah berada di lingkungan keluarga harmonis. Makanya pengen banget memberikan iklim itu ke anak-anak. Biar mereka merasa dicintai ayah ibunya lengkap dan akur.
Setujuuuu. Figur ayah memang sangat penting, karena kalau tidak lengkap malah bisa mencederai fitrah seksual anak. Ngga heran kalau makin banyak kaum pelangi merajalela kan?
Apalagi anak perempuan juga harus dekat ayahnya, agar mereka kelak bisa menemukan figur suami idaman sesuai ayahnya.
Wah bagus juga nih mbak, ada we time antara anak perempuan dengan papanya. Sepertinya saya harus meniru nih, sesekali suruh suami jalan aja berdua sama anak perempuan, menghabiskan waktu berdua di luar rumah
tentang Indonesia Negara Fatherless ini memang menyedihkan, mbak. semoga dengan kasus-kasus yang sudah terjadi ini menjadi renungan buat kita semua, orang tua, khususnya para Ayah nalurinya tergerak dan betul2 dapat hadir secara utuh untuk anak perempuanya.
Subhanallahu..
Gak ada kata terlambat untuk menyayangi ananda dengan sepenuh hati dan hadir di saat masa-masa pertumbuhan anak. Aku sendiri pernah punya teman yang baiiik banget. Kalo diajakin pulang malem, suka telp ijin dulu sama orangtuanya..
Rasanya adem ya…punya anak yang “percaya” sama orangtua dan begitupun sebaliknya.
Ayah harus hadir dalam pengasuhan dan mendampingi anak perempuannya bertumbuh agar mereka dipenuhi kasih sayang dari cinta pertama mereka.
Melow jadinya denger lagunya ADA Band, jadi ingat bapakku. Dulu masa sebelum menikah, aku justru dekat banget dengan bapak. Bahkan sering diajak pergi berdua aja entah nemenin ke dokter gigi dan pulangnya ke kebun binatang. Jadinya nyari suami juga yang seperti bapak, alhamdulilah.
Figur ayah itu penting banget buat anak perempuan maupun laki-laki. Untuk anak laki -laki juga bisa menjadi contoh gimana ayah menjadi suami yang baik bagi ibu mereka.
Komplit sekali pembahasannya Kak, kereen, kayak baca buku jadinya. Tulisannya runtut dan bagus. enggak membosankan walau isinya cukup banyak (berapa kata ya ini?)
Setuju dengan negara fatherless karena mungkin ya banyak yg ngira kalau tugas father itu ya cuma cari duit. Padahal kan anak juga kudu diurus dan diasuh berdua, enggak hanya tugas ibunya tapi ayah juga punya pran yang sangat penting.
Untuk maskulinitas, emang bener. Dan pernah baca di satu buku, seorang single mom sampai bayar pemuda untuk jadi semacam mentor dalam acara kemping, naik gunung, dll jadi anak laki2nya punya contoh maskulinitas dari dia.
Lengkap banget penjelasannya mba,iya ga bisa dipungkiri memang,apalagi generasi baby boomers ya,untuk mengasuh anak sampai pekerjaan domestik semua harus dilakukan si ibu. Stigma yang masih melekat masih sering kita jumpai di masyarakat berkeluarga. Padahal,memang seharusnya semua dilakukan berdua,ayah dan ibu dalam pengasuhan anak. Keren mbaa 🙂
Sungguh benar ujaran yang sebutkan, ‘Cinta pertama anak perempuan adalah pada sosok ayahnya.’
Semoga demikian adanya dan tentunya sifat-sifat terbaik ayahnya lah yang digugu serta ditiru oleh mereka.
Aamiin allohumma aamiin
Ah sedih banget ya
Indonesia masuk sebagai negara fatherless
Padahal peran ayah dalam pengasuhan itu penting banget
Betapa pentingnya ya Mbak peran ayah dalam pengasuhan anak. Paling sebel kalau anak kenapa-kenapa ibu yang pertama disalahin. Padahal ayah kan juga harus ikut bertanggung jawab, ya.
Makasih Mbak, tulisannya bagus 🙂
Benar salah satu fatherless krn budaya partriarki, ayah merasa tugasnya hanya cari nafkah urusan rumah termasuk anak-anak tugas istri. Semoga makin banyak ayah yang bisa hadir dlm keluarga, di sini pentingnya juga komunikasi suami dan istri, istri mengingatkan peran suami di rumah untuk anak2
Nah ini mba, akhir-akhir ini aku memiliki kekhawatiran juga, pergaulan sekarang makin mengerikan. Aku dan suami selalu berkomunikasi, untungnya dia selalu selalu ada untuk keluarga. Dekat juga dengan anak perempuannya
Waktu bayi mereka memang dekat dengan ibunya, begitu mulai beranjak besar mereka memang cenderung dekat sama papa-nya. Saya banyak memberikan waktu sama suami untuk selalu dekat sama anak-anaknya dan jangan mengeluh kalau apa-apa anaknya minta sama papanya
Sedih banget ya mbak
Melihat kenyataan kalau Indonesia ini termasuk negara fatherless.
Padahal, seorang ayà h itu tanggung jawabnya tak hanya soal memberikan nafkah saja.
Namun juga harus terlibat dalam proses pengasuhan
Betul sekali mbak. Mengasuh anak itu bukan cuma kewajiban istri, tapi juga suami…lah gimana, bikinnya aja berdua kok, masa giliran ngerawat, suaminya ga boleh ambil bagian.
Terlepas dari kasus pornografi yang cepat terungkap dibandingkan kasus lainnya, saya juga ngerasa jadi orangtua these days itu sulit banget gegara konten2 di medsos ataupun YT yang nggak kids friendly.
Dari isi kontennya sampai bahasa vulgar yang digunakan yang akhirnya ditiru anak. Sulit sangat ngontrolnya.
Kadang si Ayah lupa. Saking sibuknya mencari nafkah, dia lupa kewajiban yang lain. Membesarkan anak-anak dan juga membimbing mereka. Kalau lihat kehidupan di Jakarta hal seperti ini kadang sulit dihindari. Ayah berangkat kerja subuh, pulang larut malam. Benar-benar harus pandai meluangkan waktu bersama anak. Karena kalau tidak bisa jadi fatherless walau bukan yatim piatu.
Sedih juga sih melihat apa yang terjadi belakangan ini, banyak kasus-kasus yang sebenarnya tidak seharusnya dirasakan oleh anak-anak atau remaja seusianya. Hampir setiap hari di tv, berita, majalah, koran, bahkan blog yang biasa aku baca buat hiburan jadi berubah membahas hal seperti itu. Penting banget memang kolaborasi pola asuh antara ayah dan ibu dalam membimbing anak-anaknya.
setuju banget peran ayah hadir seutuhnya itu sangat penting. fatherless itu miris sih. ayah ada pulang ke rumah namun tidak nyata perannya. saya berkaca ketika saya kecil yang melihat orang tua saya kerja di luar rumah, pulangnya sore, hanya ada waktu saat weekend. rasa harapan kasih sayang yang lebih selalu ada, ingin bermain bersama, tidak mau main sendiri. ini yang selalu menjadi noted saya dalam mendampingi anak2 saya saat ini. semoga kita, bisa benar2 hadir dalam pengasuhan.
Miris banget ya fatherless country ini aku juga selalu berusaha mendekatkan anak-anak dengan ayahnya minimal ngajak ngobrol, bercanda dan cerita tentang kegiatan sehari-hari kita ya