Assalamualaikum Sahabats …
Salah besar. Aku akui selama ini pemahamanku terhadap Jakarta salah besar. Jujur aku nggak pernah tertarik sama kota yang katanya membius puluhan ribu orang setiap tahunnya untuk menetap disana. Buatku Jakarta itu memusingkan dan bikin cepet tua. Belum lagi nggak banyak tempat wisata yang murah meriah dan edukatif buat anak-anak. Pilihannya lagi-lagi hanya mall. Oh no ….. !!!!
Persepsi itu berubah setelah aku membaca buku karya Nadrah Chino dan Hanbun yang mengupas tuntas 62 Museum yang bahkan sampai aku selesai membaca buku ini baru tahu lho keberadaan museum-museum keren ini. Tapi memang begitulah nasib sebagian besar Museum di Indonesia, tak dianggap dan terpinggirkan. 🙁
Sebagai pecinta sejarah dan Museum buku ini langsung menarik perhatianku. Asyiknya lagi buku ini jauh banget dari kata usang, kuno, tua, dan nggak menarik, seperti sebagian besar Museum di Indonesia. Dari halaman pertama, mata pembaca sudah dimanjakan dengan lembar demi lembar cerita yang colorful dan penuh dengan foto yang menarik.
Buku ini menerapkan pepatah “dari mata turun ke hati,” karena dari mata yang termanjakan inilah, keinginan untuk segera memanggul ransel dan menjelajah Museum di Jakarta ini makin menggebu.Bayangkan 62 Museum dengan 62 tema yang berbeda dan sebagian besarnya menarik.
Penjelajahan Museum di Jakarta ini dimulai dari Jakarta Timur. Kurang lebih ada 29 Museum yang bisa dijelajahi di Jakarta Timur. Beberapa diantaranya bahkan bisa didatangi dalam satu hari karena lokasinya di TMII, termasuk Museum Indonesia yang menarik perhatian aku.
Di Museum Indonesia kita dapat menemukan beraneka ragam pakaian tradisional dan pakaian pernikahan dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga alat musik tradisional dan koleksi seni seperti wayang. (Chino dan Hanbun, 2015: 30) Sambil menikmati aneka koleksi cantik, kita bisa sekaligus belajar tentang kekayaan budaya Indonesia. 🙂
Kalau ada yang bilang Museum itu nggak bisa jadi ajang narsis, pasti belum pernah ke Museum di Tengah Kebun. Museum pribadi milik Syahril Djalil ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai museum swasta terbaik di tahun 2013 lho. Langsung terbayang berapa banyak foto yang bakalan memenuhi Instagramku hahaha.
Konsep Museum ini adalah rumah tinggal yang berada di tengah kebun seluas 3500 m2. Koleksinya di dapat sang pemilik dari berbagai lelang di Australia, Amerika, Hongkong, dan Eropa. (Chino dan Hanbun, 2015: 139) Dan yang paling keren adalah Museum ini gratis boo. Hiks …. siapa mau nganterin aku ke Jakarta?????? #mewek
Buat para emaks yang merindukan wisata edukatif buat anak-anaknya, Museum layang-layang ini bisa dijadikan pilihan. Jangankan anak-anak, aku aja penasaran lho pengen kesini. Museum Layang-layang ini adalah Museum Layang-layang pertama di dunia yang kemudian diikuti oleh Malaysia dan China.
Selain menikmati koleksi layang-layang yang unyu, anak-anak bisa melakukan banyak hal seru seperti melukis layang-layang, membuat keramik, melukis kaus, melukis kipas, melukis lampion, dan belajar melukis kain batik. (Chino dan Hanbun, 2015: 111)
Lanjut ke Jakarta Barat, ada sebuah Museum yang udah lama jadi incaranku nih. Museum Sejarah Jakarta atau dikenal juga dengan Museum Fatahilah. Museum Old Batavia atau Museum Batavia Lama menjaid cikal bakal dari Museum Fatahilah yang sudah berdiri sejak tahun 1974.
Museum Fatahilah yang kondang ini harga tiketnya cuma Rp. 5.000 lho. Murah banget kan untuk segudang ilmu dan pengalaman yang akan kita dapatkan dari gedung tua yang cantik ini. Salah satu yang pengen banget aku ikuti disini adalah Jelajah Museum Fatahilah di malam hari dan nonton film tempo dulu di sinema Fatahilah. Keren kan?? Siapa bilang jalan-jalan ke Museum itu nggak asyik??
Masih banyak lagi Museum yang di bahas di buku Jelajah 62 Museum ini. Kalau kalian memang pecinta Museum dan berminat menjelajahi Museum di Jakarta, baca deh buku yang sarat dengan informasi dan panduan bahkan akses transportasi menuju lokasi.
Semoga makin banyak orang Indonesia yang mencintai Museum. Karena sesungguhnya Museum itu KEREN.
Judul Buku: Jelajah 62 Museum
Penulis: Nadrah Chino dan Hanbun
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Editor: Mariana Ariyani
Tahun terbit: 2015
ISBN 10: 602-249-990-9
wii asyik ya ada bukunya. waktu kecil aku udah ke museum wayang n layang2. tempo hari sama boyz dah keburu tepar ga kejelajah.
mak, di bogor sndiri msh bnyk museum tp terbengkalai krn kurang dana n sepi pengunjung. aku pengen liat tp ga sempet ajah 🙁
begitu seringnya yang terjadi sama museum yg dikelola pemerintah mbak. hidup segan mati tak mau .. sedih ya 🙁
yuk…yuk ke Jakarta mbak menjelajah museum
ntar temenin aku jelajah museum ya mbak
Museum di Jakarta bagus-bagus mak… 🙂 baru 4 yang pernah dikunjungi..Layang-layang…Wayang, Fatahillah sama museum Gajah..
mending aku lho baru museum gajah tok itupun jaman SD dlu hahaha
sini kutemani mbak Muna..
akupun masih banyak yg belum didatangi, tapi ada juga yg sudah berkali2, seperti Museum Tekstil dan Museum Nasional
semoga sukses ya buat penulis bukunya
asyik beneran ya ditemenin kak 🙂
Aku pernah lihat buku itu di Gramedia… Keren nih ada buku ttg museum yang layak utk dibaca dan dimiliki.. Jadi inget nih di kotaku Palembang ada dua museum.. Pengen ulis tentang museum juga..
harus punya kalo memag pecinta museum 🙂
Aku juga punya pikiran yang sama, Jakarta itu bikin pusing gegara lima kali kesana selalu dihadang macet. Makanya usai lulus kuliah udah diterima di Jakarta, tapi enggak dibolehin keluarga juga manut, hehe…
Bukunya bagus nih, bisa buat guide kalo ke jakarta ya, mbak
kalo kesana pas liburan panjang aja mbak, sepi biasanya
berwisata Ke museum memang banyan pelajaran sejarah dan budaya yang bisa kits ambil, memang kedengeranya tua, tapi Anak muda tidak boleh melupakan sejarah…
yup, jangan sampe anak2 kita nggak tahu sejarah Indonesia dong
62 museum di Jakarta? Haaah? Beneran? Ya, iya-lah, lha wong ada bukunya. Beli and baca aja. (itu kata hati bunda lho, Muna – gpp ya nyebut nama aja). Bunda aja dibesarkan di Jakarta, juga anak-anak bunda malahan lahir di Jakarta semua, belum pernah ke lain museum selain Museum Gajah dan Tekstil tuh. Harus beli bukunya dulu biar tambah semangat mengunjungi museum-museum di Jakarta.
hahaha..masih banyak waktu bunda. an bund tinggal di Jakarta setipa weekend jalan kesatu museum lama2 abis juga 🙂
Wah, ngga nyangka ya ada sebanyak itu museum di Jakarta. Dulu pas ke TMII ga sempat jelajahi museumnya, waktunya ga banyak soalnya bareng rombongan
memang rada susah kalo perginya sma rombongan ya mak. kapan2 balik lagi ke TMII
wah bukunya pasti asik neh sebagai pecinta wisata museum saya harus punya. thank u reviewnya 😉
yup semoga bisa jaid bahan referensi ya
Di Jakarta banyak tempat-tempat wajib kunjung ya.
Masih belum perah ke Jakarta 🙂
aku juga jarang banget mbak, wegah macetnya hehehe
saya pernah ke Jakarta, tapi dah macetnya itu mba minta ampun.. dari jarak yang sebenarnya bisa ditempuh 30 menit, bisa sampai berjam-jam mba.. ya nntilah ngunjungin museum tu smua mba.. nice info
itu juga yg bikin saya males ke jakarta mas hehehe
wuahhh buku keren banget nih, ternyata di jakarta ada 62 museum ya, baru tau saya malah mbak
sama aku juga baru ngeh setelah baca ini
Wajib punya ini kayanya bukunya ya Mba Muna 🙂
yup ..habis baca terus jelajah museum ya mbak
Ga nyangka di Jakarta ada segitu banyak museum. Aku cuma pernah ke museum Fatahillah aja mba… huhuhu. Mungkin kalo aku berdomisili di Jakarta bisa ngunjungi secara bergilir. Aku suka masuk museum :D.
aku juga baru tau setelah baca buku ini kak jadi pengen ke jakarta untuk jelajah museum ya
Banyak amirr
Kata seorang teman, saking jarangny visitor di museum smpe2 museumny ditutup. Sedih????
Masih ada nggak ya buku ini?
Sepertinya keren.