Assalamualaikum Sahabats …
Akhir-akhir kita sering banget mendengar berita soal bullying di media sampai rasanya sudah jadi berita yang biasa. Padahal kasus bullying itu kasus yang meninggalkan trauma seumur hidup, apalagi kalau dialami oleh anak-anak. Si korban bisa jadi mengalami trauma seumur hidup sedangkan si pelaku jika dibiarkan bisa jadi akan terus melakukan hal tersebut tanpa merasa bersalah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perundungan adalah proses, cara, perbuatan merundung yang dapat diartikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang-orang yang lebih lemah darinya. Biasanya dengan memaksanya untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku. Dalam bahasa inggris perundungan diartikan sebagai bully.
So bullying dapat kita artikan sebagai perilaku intimidasi yang dapat dilakukan berulang untuk melukai individu baik emosional maupun fisik dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan di mana pelaku mendominasi dan korban menjadi pihak yang lemah. Perilaku semacam ini sering banget terjadi di usia sekolah, bahkan menurut KPAI di tahun 2018 menjadi masalah yang cukup serius dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pengalamanku Ketika Anak di Bully
Pertama kali kami pindah ke Semarang di tahun 2014 kami pernah mengalami masalah ini. Walaupun alhamdhulilah bisa dibilang kasus bullying yang dialami Nadia nggak berlarut-larut bisa segera diatasi tapi sempet juga bikin kami sedih dan bingung.
Waktu itu Nadia kelas 1 SD dan Nadia memang tipe yang pemalu dan nggak terlalu mudah bergaul. Sejak kecil memang dia butuh waktu mengobservasi lingkungan sekitarnya sampai dia bisa merasa nyaman dan menemukan teman yang cocok dengannya. Begitu juga di sekolah barunya. Selain karena banyak diam dan mungkin karena logat Suroboyo nya yang cukup kental (kami dulu tinggal di Sidoarjo) jadi ada beberapa anak yang sering ngejekin Nadia atau melakukan verbal bullying.
Awalnya kami merasa ada sesuatu yang nggak beres adalah Nadia mulai nggak semangat dan susah banget diajak bersiap ke sekolah. Hampir setiap pagi harus kami lalui dengan drama yang berakhir tangisan dan jeritan Nadia. Emak dan bapaknya juga nggak kalah stress menghadapi situasi ini padahal kami juga harus berangkat kerja.
Seperti korban bullying yang biasanya nggak mau mengakui apa yang terjadi begitu pun Nadia. Sampai akhirnya aku ganti ganti strategi dengan mencoba nggak membahas masalah ini dan membiarkan Nadia bolos sekolah beberapa hari. Sambil main di rumah dan beraktivitas bersama barulah dia ngaku kalo selama ini ada beberapa anak yang sering melakukan verbal bullying padanya. Satu diantaranya yang juga anak perempuan malah sempat meludahi mukena Nadia saat shalat berjamaah di sekolah. Alhamdhulilah bu guru sempat melihat dan langsung menegur anak itu.
Peran Orangtua Mengatasi Trauma Bullying Pada Anak
Pasti sedih mendengar apa yang dialami Nadia waktu itu tapi kami juga bersyukur bisa tau ada kasus bullying ini sebelum masalah jadi berkepanjangan. Akhirnya kami berkonsultasi ke saudaraku yang seorang psikolog anak. Sesuai saran beliau peran orangtua menjadi penting untuk menyembuhkan trauma si anak. Kami harus terus ada di dekat si anak dan siap mendengarkan keluh kesahnya. Bahkan hal paling sederhana adalah be there, ada untuk anak kita, bukan sekedar fisik tapi juga hati kita.
Berikut adalah 5 hal yang bisa para orangtua terapkan untuk menyembuhkan trauma akibat bullying.
Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Dengan Memberinya Tanggung Jawab
Korban bullying biasanya akan kehilangan rasa percaya diri setelah semua yang dialaminya. Untung mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri anak harus diberi tanggung jawab melakukan beberapa tugas. Cukup tugas harian yang sederhana aja yang penting anak merasai dihargai karena kita memberikan kepercayaan padanya untuk melakukan sesuatu. Waktu itu kami menyepakati daily schedule yang akan dilakukan setiap hari. Semua tugas yang berhasil dilakukan Nadia akan kami beri reward berupa kancing warna-warni yang di akhir minggu bisa ditukar dengan apapun yang dimintanya. Biasanya akhir minggu kancing yang sudah dikumpulkan Nadia ditukar sama es krim atau buku cerita, hal sederhana tapi membahagiakan hatinya.
Memberi tanggung jawab membuat Nadia jadi makin percaya diri dan dia jadi bersemangat belajar banyak hal baru setiap harinya.
Temukan Hobi dan Asah Bakatnya
Menurut penelitian baik pelaku maupun korban bullying punya low self esteem karena itu orangtua harus bisa menggali apa kesukaan dan hobi si anak kemudian kembangkan bakatnya. Daripada terus melihat kekurangan kita fokus pada kelebihan anak sehingga tumbuh sisi positif dan bangga pada diri anak.
Nadia suka renang jadi kami ikutkan Nadia sekolah renang. Alhamdhulilah ketemu sama temen baru dan lingkungan yang menyenangkan, Nadia jadi makin semangat belajar berenang bahkan beberapa kali ikutan lomba. Meskipun nggak dapat juara 1 tapi kami bangga Nadia sudah berani mencoba. Dari lomba-lomba renang ini terlihat banget kepercayaan dirinya meningkat.
Beri Pujian Pada Anak
Pada korban bullying, sikap dihargai ini perlu ditekankan. Pujian yang tepat akan memacu sang anak untuk semakin berprestasi dan percaya diri menghadapi kehidupan. Kami puji Nadia saat berhasil melakukan sesuatu, bahkan saat gagal setidaknya beri pujian dan apresiasi karena sudah mau mencoba dan jadi anak pemberani. 🙂
Ajarkan Anak Untuk Mencintai Dirinya
Korban bullying seringkali merasa dirinya beda dan salah. Daripada sibuk meniru orang, ajarkan anak untuk mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Semua manusia Allah ciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi diri sendiri dan mencintai diri kita apa adanya jadi penting supaya anak bisa jadi pribadi yang kuat.
Ajak Anak Melakukan Hal Baru yang Menyenangkan
Dalam hal ini kami ajak Nadia traveling salah satunya juga untuk melupakan kejadian bullying. Nadia juga bisa dapat pengalaman baru yang seru dan bisa diceritakan ke teman-teman. Kenangan indah yang dikumpulkan siapa tau bisa melemahkan kenangan buruk kan? 🙂
Maafkan dan Move On
Pastinya sangat susah untuk bisa memaafkan si pelaku, apalagi kalau korban sudah trauma berat tapi kami berusaha tanamkan ke Nadia kalau peristiwa bullying yang dialami Nadia sudah selesai dan kami akan selalu siap dan ada untuknya kapanpun. Maafkan si pelaku dan move on. Maju terus dan tunjukkan kalau sekarang Nadia sudah jadi anak yang pemberani dan kuat.
Singkat cerita setelah ditelateni menjalankan beberapa saran di atas alhamdhulilah Nadia berangsur pulih dan jadi pribadi yang lebih berani. Saat kelas 3 Nadia sekelas lagi sama salah satu si pelaku tapi alhamdhulilah hubungan mereka sudah jauh lebih baik. Bahkan Nadia duluan ngajakin ngobrol duluan dan mereka akhirnya berteman baik sampai sekarang.
Beberapa cara di atas bisa Sahabats coba lakukan untuk menyembuhkan rasa trauma yang dialami korban bullying. Kuncinya satu sih, sebagai orangtua kita harus seutuhnya “hadir” untuk si anak. Sabar menemani dan menjalani semua proses detoksifikasi ini step by step. Semoga berhasil ya Sahabats. 🙂
Duku Rumi pas kelas 1, anak pindahan, juga kena bullying. Bahkan kekerasan fisik. Ia sempat minta pindah sekolah. Sudah komunikasi sama kepala sekolah dan guru wali. Akhirnya setelah iktu Taekwondo, jadi pemberani. Kalau masih bullying, kusurh kasih aja pelajaran. Tapi jangan mulai. Sambil jelasin juga sih bahwa kekerasan bukan solusi, tetap diplomatis, kalau bisa dilaporin guru, ya ga apa. Tapi kalau dikasarin ya kudu bales. Ortu melu jengkel heheh
Pengalaman saudara, sedih sampai sekarang karena dia belum bisa sembuh dari traumanya, padahal laki2 sudah SMA kls 1,, tapi saat mau bertemu teman2 baru dia akan tantrum dan meluap2 emosinya,, pdahal orang tua sibuk semua 😭😭
Taruli saat sekolah di Assalam juga pernah kena bully, dan jadi hal traumatis buat kami sekeluarga, akibatnya anaknya nggak mau meneruskan sekolah di sana selepas SMPnya, padahal rencana awal sampai tamat SMA.
Tapi kami nggak mau perpanjang masalah, maafkan dan move on seperti tips darimu itu, yang dilakukan.
Memang benar ya, anak-anak tuh sedari dini sudah dipersiapkan untuk paham bullying itu.
Setuju Mbak, bahwa salah satu cara menghilangkan trauma bullying pada anak dengan mengajak traveling untuk melupakan kejadian itu dan bisa merefresh jiwa dengan menemukan hal baru.
Dengan pikiran yang segar bisa jadi anak akan lebih mudah menerima masukan dan nasehat kita untuk memaafkan pelaku sekaligus melupakannya. Pasti sulit, tapi dengan kesabaran orangtua lama-lama anak pasti bisa mengiklaskan seiring dengan cara berfikir yang makin matang 🙂
Terima kasih sudah berbagi pengalaman ini, Muna. Terbayang pasti sulit saat itu, mengatasi emosi selaku orang tua namun sekaligus harus menyembuhkan trauma anak. Alhamdulillah sdh dapat teratasi ya.. Insya Allah tips yg dibagikan ini akan sangat berguna bagi ortu2 lain dg anak korban bullying…
Bullying ini memang menakutkan apalagi kalau si korban sampai down banget di sinilah peran kita sebagai orang tua diuji, dimana kita harus bisa memberikan support terhadap anak sekaligus memberikan solusi. Semoga kita dna anak-anak kita dihindarkan dari masalah bullying ini ya..amin
Wah, aku pingin nyoba nih mbak..beli kancing2 dan bisa ditukar uang ..bgs nih mbak.. alhamdulilah sekarang mb Nadia dah msk SMP ya, semoga lancar sll y mb nadia
tips yang sangat bagus mba muna karena langsung dr pengalaman pribadi, mau sy inget terus. Jempol buat kakak yng skrng jd anak yg pemberani 🙂
Anak pertamaku pernah kena bullying saat di sekolah lamanya…krn menurutku udah keterlaluan dan gamau dampak negatifnya bikin anakku jd ga pede, aku sampe mindahin sekolah Mba
Mengembalikan kepercayaan diri anak yang pernah mengalami bullying memang tidak mudah ya. Butuh kerja sama orangtua dan guru agar si korban bisa kembali semangat menjalani kesehariannya dan tidak merasa terintimidasi lagi.
Makasih sharingnya ya mbak punya anak perempuan yang mau masuk SD. Aku merasa anak perempuan itu lebih ke arah suka berkelompok, suka punya squad gitu ya. Kalo anakku yang perempuan suka baperan kalo ada yang nggak mau main sama dia ..
Nadia kayak Naufal ya anaknya pendiam dan kudu observasi lingkungan dulu sebelum berteman. Syukurlah masih dini ya menemukan asal muasal Nadia malas ke sekolah. Ternyata kita mengalami drama yang sama. Alhamdulillah diajakin traveling bisa memupus kenangan buruk. Aku dulu memberi motivasi agar Naufal pede, eh di sekolah gurunya nge-down pede nya lagi. Gitu terus, akhirnya aku lapor aja ke kepsek.
Dio pernah jadi anak yang minderan banget, dan itu bikin temennya lebih senang ngejek dia.
Untungnya ketemu minat dia lalu kita genjot di sana. Yg penting dia bisa maafin temannya itu dan membuktikan dirinya layak dihargai. Butuh usaha banget supaya bisa begitu.
Ternyata kita senasib ya, punya anak yang pernah mengalami bullying. Anak ragilku juga pernah mendapatkan bullying secara fisik oleh gurunya. Sembuhnya juga lama itu