Assalamualaikum Sahabats …
Setiap fase kehidupan anak-anak pasti memberikan tantangan tersendiri bagi orangtua. Membersamai anak balita dengan remaja pastilah pendekatannya berbeda. Pun ketika traveling. Anak remaja sudah punya dunia mereka sendiri. Jadi gimana caranya agar liburan bersama remaja tetap menyenangkan bagi semua anggota keluarga?
Semenjak pandemi bisa dibilang ini adalah liburan pertama kami bersama kakak Nadia yang sudah beranjak abege. Di awal pandemi tahun 2019 kakak Nadia tamat SD dan melanjutkan ke pondok pesantren. Berhubung lagi pandemi kami pun dilarang menjenguk dan hanya bisa bertemu saat liburan semester.
Meskipun di pondok ada jadwal video call setiap 2 minggu sekali tetap aja komunikasi terasa sangat kurang. Makanya kami berharap liburan kali ini bisa mempererat hubungan orangtua dan anak. Apalagi fase remaja tuh masa yang serba susah. Anak cenderung punya dunia mereka sendiri tapi masih sangat membutuhkan bimbingan dari orangtua.
Baca juga: Hal yang Perlu Dipersiapkan Saat Anak Masuk Pesantren
Liburan Pertama Pasca Pandemi
Jadi sebelum kakak pulang, kami sudah sepakat untuk meluangkan waktu supaya bisa family traveling lagi. Abang suami yang lagi sibuk hanya punya waktu beberapa hari jadi kami putuskan cari tempat liburan yang dekat tapi tetap berkesan.
Kami memutuskan liburan ke Pacitan karena kakak suka pantai dan kebetulan udah lama pulak kami nggak mantai. Oke fixed! Tujuan sudah ada, penginapan sudah dapet tinggal menyusun itinerary. Kami pikir melibatkan si abege untuk bikin itinerary adalah ide yang bagus. Jadi itenerary kami susun bersama setelah kakak pulang.
Nah berdasarkan pengalaman liburan kemarin, ternyata liburan bersama remaja itu nggak semudah yang kami bayangkan Sahabats. Dari pengalaman ini aku belajar banyak dan insyaallah aku share di postingan kali ini ya. Cekidot ya Sahabats, tips traveling bersama remaja.
1. Libatkan Remaja dalam Merencanakan Liburan
Anak remaja tuh ada di fase dimana mereka udah merasa cukup dewasa dan pengen dilibatkan dalam banyak kegiatan. Tapi kadang mereka punya ide ajaib yang masih harus diarahkan sama orangtua. Jadi alangkah baiknya kalo kita ajak mereka berdiskusi dan menyusun itinerary liburan.
Rencana awal kami pengen mudik ke Aceh tapi setelah cek tiket pesawat yang harganya selangit kami mundur teratur deh. Kami sampaikan alasan memilih Pacitan karena jaraknya dengan Semarang cukup dekat (bisa sekalian roadtrip). Udah gitu pantainya juga cantik-cantik. Jadi meskipun gagal ke Aceh tetep bisa kok liburan ke pantai.
Alhamdhulilah setelah kami tunjukan beberapa foto pantai di Pacitan dia tertarik dan setuju. Next step adalah menyusun jadwal selama liburan. Dari beberapa tempat yang ingin kakak kunjungi kami coba diskusikan bersama. Lalu kami sesuaikan dengan jadwal dan tempat menginap supaya semua bisa dijelajahi dengan maksimal. Ok itinerary fixed! Lanjut ke eksekusi.
2. Buat Kegiatan yang Menyenangkan Supaya Remaja Nggak Bosen
Salah satu sifatnya kakak yang cukup nggemesin dan bikin emaknya ini jadi gampang tersulut emosi adalah bosenan. Apalagi dtambah dengan sifat moody nya yang parah banget. PR banget buatku untuk mengemas stok sabar sebanyak mungkin selama liburan.
Kalo buat si adek yang masih balita cukup dibawain beberapa mainan dan dia pun udah happy tapi buat si kakak yang abege ini aku punya ekstra tugas mencari kegiatan yang seru dan kakak suka.
Sewaktu main di pantai aku bagi tugas sama abang suami. Aku main sama Keumala sementara papanya hunting foto sama kakak. Pembagian kaya gini bagus juga dicoba Sahabats. Papa jadi punya kegiatan yang bisa bikin lebih deket sama anak remaja dan si kakak pun terlihat menikmati acara hunting foto bareng papa.
Masih di pantai, kami dorong kakak mencoba naik ATV. Kami kasih kepercayaan juga kakak bawa ATV sendiri sambil boncengin adeknya. Kakak meras seneng banget dipercaya gitu, bonus bonding juga sama adeknya. Tentunya kami mengawasi dong jangan sampai terjadi sesuatu yang nggak diinginkan.
Selain itu, kami mencoba agenda susur sungai. Susur pantai dilakukan via perahu kecil yang rupanya cukup berkesan buat kakak. View disepanjang sungai cantik banget jadi sekalian deh tu bisa update foto keluarga.
Baca Juga: Skincare Routine Untuk Remaja
3. Stay Calm No Matter What
Dengan agenda dan tempat yang menyenangkan apakah liburan jadi lancar? Hiks, ternyata nggak juga Sahabats. Sifat moody kakak yang parah ada kalanya kumat dan bikin kita semua harus tarik nafas dalam-dalam.
Pagi itu entah kenapa si kakak cemberut. Ditanya kenapa nggak mau jawab. Jadilah sepanjang jalan suasana jadi nggak asyik. Hari itu agenda kami naik bukit Kasap (di pantai Kasap). View dari puncak bukit Kasap, pantai kasap Pacitan itu mirip sama view raja ampat. Laut yang dikelilingi pulau-pulau kecil.
Bayangan kami kakak pasti excited ternyata salah pemirsahh!! Kakak bahkan nggak mau naik sampai atas. Alasannya takut tinggi, padahal tinggal satu step lagi sampai puncak. Kami coba bujuk tapi nihil. Dia lebih milih nunggu di bawah sambil main hape. Gemeesshhhhhhh !!!!!!
4. Beri Mereka Ruang
Masuklah ke tips berikutnya dimana ketika kita menemukan situasi yang nggemesi kaya yang aku ceritakan di atas, sebagai orangtua jangan sampai memaksakan diri. Meskipun kita punya ekspektasi mereka bakal tinggi, again, mereka punya pendapat dan perasaan sendiri.
So aku dan papanya mencoba untuk menerima meskipun kecewa. Ya udah deh kalo emang nggak mau sampai puncak. Kami biarkan dia duduk di bawah, sibuk mengambil foto dan video dengan ponselnya. Sementara kami tetap naik ke puncak sama Keumala.
Setelah drama ini selesai (dan disogok sama minuman dingin) baru deh mukanya ceria lagi. Drama lagi? Banyaaaakk. Sebagai orangtua kami coba tarik ulur aja supaya suasana tetap menyenangkan buat semuanya.
5. Dorong Remaja untuk Berpisah Sejenak dari Gadget dan Menikmati Momen
Tips ini yang kami nggak lakukan sejak awal Sahabats. Dan jujur kami menyesal banget. Jadi kalau Sahabats berencana traveling bersama remaja dalam waktu dekat, ada baiknya opsi mematikan gadget dibahas sejak awal. Tentunya orangtua pun juga berkomitmen melakukan hal yang sama. Orangtua adalah role model bagi anaknya dalam segala suasana.
Long story short banyak momen yang kakak lewatkan karena sibuk berhahahihi sama gadgetnya. Dia lupa kalau kami sudah sepakat meluangkan waktu untuk bonding selama liburan ini. Honestly aku sedih banget liat kakak lebih connected sama gadgetnya daripada kami bertiga yang jelas-jelas ada dihadapannya dan pengen bikin moment spesial bersamanya.
Pengalaman ini mengingatkan aku pada kata-katanya Prof. Aisyah Dahlan, pakar parenting. Beliau bilang bahwa posisi orangtua bagi anak remaja ada di otak belakang dan porsinya amat sangat kecil. Makanya butuh effort bagi orangtua untuk mendapatkan perhatian mereka. Sedih ya. π
Padahal aku dan abang suami adalah tipikal orang yang kalau liburan lupa sama gadget. Kami bahkan nggak selera update status karena pengen menikmati momen liburan sepuasnya. Toh posting sosmed kan bisa kapan saja.
Akhirnya diskusi lagi untuk mengurangi penggunaan gadget. Kami pun sebagai orangtua juga komitmen melakukan hal yang sama. Meskipun sudah agak terlambat karena besoknya liburan sudah selesai. Tapi, dari momen ini kami belajar ada kalanya anak remaja kita berikan space untuk menikmati dunianya. Di sisi lain kita juga harus bersepakat ada kalanya menjauh sejenak dari gadget demi merengkuh semua moment yang ada. Biar nggak menyesal.
Tough love? Maybe, but it is strictly important! Anak remaja juga harus paham bahwa dunia tuh nggak hanya berputar di dalam gadget dan sosial media mereka. Ada momen yang harus mereka rasakan secara real time dan momen itu kelak akan membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih baik.
Dari pengalaman pertama liburan bersama anak abege, kami belajar banyaaak banget hal. Jadi orangtua memang nggak boleh berhenti belajar. Selalu ada momen bersama anak yang memaksa kita untuk instropeksi diri bahkan belajar menyesuaikan gaya pengasuhan. Bahkan saat traveling. π
Semoga tips traveling bersama remaja yang aku tuliskan ini bisa nambah insight baru ya buat Sahabats. Adakah pengalaman liburan bersama anak remaja? Boleh dong di share juga di kolom komentar. π
PR banget ya mbak kalau mau ajak si remaja jalan, sering banget nggak maunya. JAdi mau nggak mau orangtua harus melibatkan anak dalam mencari tempat dan kegiatan yang dilakukan saat traveling. Makasih tipsnya mbak
Iyess tepat sekali, sepertinya si kakak seumuran anak saya ya mak, sama2 SMP. Pembatasan gadget wajib dan mutlak kalau saya, anak2 belum punya hak menguasai gadget sehingga gadget saya yang pegang.
Disaat di perjalanan misal di mobil atau pas menjelang tidur di ksh reward main tapi harus ada yg di hasilkan misal si kk suka menulis cerpen dan gambar dia pegang gadget hasilnya kedua hal tsb meski dikerjakan di saat kami rehat.
Menjadi orang tua memang tidak mudah ya bun, banyak sabar dan belajar terus
Wah ini bener banget, ngajak anak remaja liburan tuh susah2 gampang ya. Kayak adek bungsuku tuh, kalau diajak jalan2 sekeluarga dia malah asyik maen hape sendiri. Kadang malah mau pulang duluan.
Wah bener banget ini tipsnya mba. Kalau mau liburan bareng remaja ya gitu. Rencana awal mau kemana ya bareng mereka. Dan biasanya saya ingatkan kalau dia ada adek yg usianya 10 th lebih muda. Jadi cari tempat hiburan yg dia suka tapi adek juga suka.
Menantang banget ya mba traveling bawa anak remaja tapi lebih menantang mana mba bawa balita. Kayaknya lebih rempong bawa balita ya mba heheheh klo remaja kan udah bisa diarahkan lah ya meskipun tetep sih banyak drama juga heheheh
Wah emang travelling bareng abege banyak tantangannya yaah, anak aku yang cowok sekarang kalo jalan udah gak mau digandeng dong huhu
Trus bener tuh, gadget harus dibatasi secara tegas dan diomongin dari awal yah mbak. Boleh keluarin hape hanya untuk foto atau video aja, gak boleh buka sosmed yaah hehe
Semoga travelling berikutnya lebih lancar yaaah
Atau mungkin karena si Kakak di pondok ga pegang HP jadi liburan di rumah waktunya puas-puasin pantengin HP?
Memang anak remaja moody dan ya begitulah susah dimengerti , PR bener buat ortu. Ada dua remaja pria di rumah – SMP dan SMA, juga hampir sama dengan si Kakak..meski kalau pergi HP mayan bisa disingkirkan sih..karena meski pakai kuota sendiri hihihi Tapi kalau di rumah ..udahlah ..ada WiFi pula. Lanjut terus jadinya
Traveling bersama keluarga, khususnya anak tuh selalu menyenangkan. Karena kita akan memiliki pengalaman baru, berbeda saat kita harus melakukan traveling bersama teman. Tantangannya pun berbeda, aku pernah soalnya traveling hanya berdua anakku.
Baca tips traveling bersama remaja ini menyadarkan saya bahwa si sulung ntar lagi memasuki usia remaja. Huhuhu. Kayak masih kangen dia yang imut-imut pas masih anak-anak dulu. Ntar lagi bakal jadi sahabat mamanya nih, rencanakan perjalanan bareng, fotoan bareng..
Anakku yang berusia 8 tahun aja kalau diajakin traveling ke alam, banyak banget bad moodnya. Y Allah gemes banget! Capek, panas, haus, duhh bukannya senang malah senewen. Tapi kalau diajakin ke mall, paling cepat maunya. Mungkin karena santai dan adem ya kayaknya π
sepakat banget mba.. anak – anak aku juga udah teens kan jadi memang harus ada trik – triknya yaaa
Betul soal mengikutsertakan mereka dalam perencanaan liburan. Soalnya remaja antara banyak kepengen atau males kemana-mana. Minimal mereka ikut serta mau pergi kemana jadi makin excited dalam mengikuti liburan. Dan menghindari hal yang mereka gak sukai
Binda mungkin harus merasa beruntung ya karena ketika anak2 bunda memasuki atau di usia TEEN blm ada gadget, sehingga enjoy banget pilnik bersama ke manapun tanpa gangguan gadget. Mereka selalu ceria betsama ortunya.
huwaaa begitu yaa jalan bareng anak remaja, sibuk sama gawai
apa mungkin karena di pesantren sangat terbatas menggunakan gawai jadi ya mumpung nih pegang HP. Ah, ponakanku juga gitu sih, sibuk sendiri. Palingan suka aku kepo-in lagi lihat apa, bahas skincare yang menarik, dkk supaya nyambung sama dunianya.
Dua anakku sudah remaja juga mbak, kalau diajak liburan memang kudu banget di briefing dulu sejak sebelum berangkat, sampe beberapa kali. Jadi nanti pas udah jalan, masing-masing komit untuk menikmati perjalanan tanpa banyak drama. Diberi pengertian soal tujuan traveling, manfaat nya apa, dampaknya apa, dll. Kalau udah paham mudah nantinya
Ngajak anak remaja liburan bareng ama keluarga emang butuh effort. Di keluarga kami juga sedang mengalaminya nih. Kalau ngajak adik-adik saya yang masih SMK dan SMP, pasti susah. Mereka maunya bareng sama besti-bestinya.
Harus ada sesuatu yang menarik banget tempat liburannya biar mereka pengen ikut.
Kebetulan kedua anak saya udah beranjak remaja. Kalau untuk urusan traveling mereka itu paling antusias banget. Jadi persiapannya pun bisa dilakukan bersama mereka.
Yang bikin riweuh itu untuk urusan internet. Sibuk minta diisin kuota. Karena di rumah pakai wifi. Liburan tetap harus terkoneksi dengan internet, duh!
Nah, bener.. Mengajak liburan remaja memang susah-susah gampang. Kadang selera mereka dengan kita ortunya sangat beda. Jadi ya memang harus dilibatkan dan dibuat kompromi dulu untuk beberapa hal..
Bener banget mbak, anakku juga udah remaja jadi harus serba kompromi sama mereka kalau mau traveling, tanya juga suka atau gak supaya sama-sama happy.
Berpisah dengan gadget sesekali harus dilakukan bener ya mbak supaya bisa menikmati momen
Seru banget acara liburan bareng keluarga seperti ini ya mbak
Anak dan ortu sama sama hepi
Aseliikk challenging bgt klo ngetrip bareng remaja.
Hormon pubertad emang wadidaww bgt
Semoga aku jg bs ngetrip asiikkk bareng cah lanangkuu
Ah iya kadang adikku pun begitu Mba kalau traveling lekat gadget terus. Makanya perlu pengalihan suasana biar mereka lebih menikmati kegiatan travelingnya
Iya, aku pun mengalami fase ini. Punya anak gadis remaja memang nano nano rasanya. Peralihan dari anak-anak ke remaja, yang tak lama lagi akan menjadi dewasa, sungguh bukan masa yang mudah untuk dilalui. Tidak mudah untuk anaknya dan orangtuanya sekaligus.
Bener tuh, stok sabar sebisa mungkin dijaga agar jangan sampai habis.
Bener banget ini, beda loh halan-halan sama remaja dibanding anak-anak. Lebih enak anak-anak heheh, remaja kita harus mengetahui apa yang membuat mereka suka biar piknik terasa juga buat dia, tidak sekedar ikut ortunya
WIh maaf teksnya diriku agak samar-samar gitu ya, mesti pakai mode gelap dari chrome nih biaar keliatan. Warnanya hampir nyatu sama backgroundnya, sama-sama mau putih ke abu-abuan dan tipis serta fontnya kecil gitu.
Nah bagus banget memang dari kecil sudah dibiasakan dengan aktivitas dan kegiatan yang membuat Ia bisa terus aktif dalam berbagai kondisi, seru nih bisa traveling dan ikut ambil bagian dari setiap kegiatan yang dilakukan ;D
Kak Muna Sayang,
Aku ingin cerita situasiku ketika remaja dulu.
Orangtuaku juga suka pelesiran seperti Kak Muna, jadi sudah pasti aku pun diajak. Ketika kecil, sebetulnya aku senang pelesiran bareng orangtuaku. Tapi setelah aku remaja, aku menyadari situasinya berbeda.
Aku bukan tidak suka pergi sama orangtuaku, sebetulnya aku sukaa sekali (terutama karena mereka yang mbayarin, hahahaa..) Tapi ada situasi di mana aku sungguh lebih suka di rumah saja, atau di hotel saja, dan aku sangat menikmati duniaku sendiri (waktu itu, hobiku adalah baca novel, nonton film, yang pasti bukanlah bermain bersama orang tua). Aku lebih suka orangtuaku pelesiran berdua saja, sementara aku lebih bahagia tinggal di rumah/hotel.
Ini mengacau banget buat keluarga ketika awal-awal aku jadi remaja. Tetapi setelah beberapa kali liburan yang kacau, akhirnya ayahku memberiku kebebasan untuk ikut menentukan itinerary, seperti yang Kak Muna lakukan kepada Nadia mungkin.
Namun yang perlu dicatat adalah ketika ayahku tidak memaksakan aku melakukan kegiatan tertentu (terutama yang tidak kusukai), ternyata itu membuat liburan jadi lebih menyenangkan. Contohnya, ketika ayahku kepingin jalan-jalan menyusuri pantai, sedangkan aku tidak suka panas-panasan, maka ayahku merelakan dirinya jalan-jalan sendiri.
Ayahku merendahkan ekspektasinya untuk bisa bersenang-senang denganku. Sedangkan aku, remaja tengil pada masa itu, juga belajar bahwa kalau liburan berlalu tanpa bersenang-senang, maka itu sama aja dengan buang duit banyak. Dan aku juga menyesalinya.
Mudah-mudahan Kak Muna bisa berlibur dengan lebih senang lagi dengan Nadia, di lain waktu.
Aiih.. banyak amat komentarku, tau gitu kutulis sendiri di blogku aja, hahahaha…
kak vicky sayang makasih lho udah cerita pengalamannya semasa remaja. Emang dari kejadian liburan kemarin aku jd belajar banyak banget terutama untuk sabar dan menurunkan ekspektasi. Ga semua keinginan kita bisa sejalan dengan orang lain pun sama anak sendiri. Makanya kami berusaha buka keran komunikasi sebanyak mungkin walaupun tetep nadia masih mementingkan dunianya. No problem yang penting kami sudah berusaha, kami pun tau nadia juga sudah berusaha menikmati liburan dengan caranya sendiri hehehe…
tetep ya kal sama anak abege harus banyak tarik ulur. makasih ya curhat dan masukannya aku jd merasa nggak sendiri nih banyak juga para ortu yang ngalamin hehehe
Suka ngintipin ponakan kalau diajak jalan sama ortunya, eeh itu hape tetep aja susah lepas. Tips yang mbak tulis di atas bisa aku coba nanti kalau berkesempatan jalan sama 2 ponakan yang udah abege. Kalau kegiatannya seru mestinya mereka dapat terlupakan dengan gadget walau sejenak π
Punya anak remaja memang jadi tantangan tersendiri ya mba. Saya jadi inget sama keponakan perempuanku yang tahun ini mau kuliah. Sifat anak remaja memang kadang suka ajaib, cenderung moody dan asik menikmati dunianya sendiri.
Anak remajaku yang sulung, si Alief, kini lebih sering traveling bareng teman-temannya. Dari sekedar menjelajah kota, hingga naik gunung. Katanya kalau traveling bareng kami orang tuanya, style nya anak mama papa banget. Tapi kalau bareng temen, style nya beda lagi. Lebih mandiri dan gaya haha.
nggak cuma remaja kayaknya kita semua sekarang susah ya, mbak lepas dari hape. apalagi kalau pas jalan-jalan pastinya mau mengabadikan banyak moment. tapi kalau main hapenya lebih ke chatting atau sibuk dengan dunianya sendiri ya nggak bagus juga sih. saya pribadi waktu remaja kayaknya cuma sekali diajak jalan-jalan sama orang tua dan seingat saya lumayan seru itu jalan-jalannya
Oh..begini ya, ternyata kalau memiliki anak remaja.
Ada banyak hal yang pastinya harus dipahami orangtuanya. Aku jadi ikutan belajar dari kisah kak Muna dan berusaha memahami karakteristik remaja yang pastinya sudah memiliki “ruang privacy” sendiri.
Ngerasa banget memang perlu ada kesepakatan terlebih dahulu dengan anak (remaja) kalau mau berlibur. Dan nggak bisa dipaksa, karena kalau kepaksa ujung-ujungnya malah banyak drama di perjalanan. Biasanya juga kita nanya dulu, mereka mau main/liburan ke wisata apa, biar mereka juga happy karena sesuai dengan keinginannya.
Aku msh belum ngerasain, Krn anakku yg tertua baru 4 SD mba. Tapiiiiii, Krn dia sejak dalam kandungan udah aku ajak jalan, jadi sbnrnya kliatan sih, hobinya tuh sama Ama aku yg suka traveling.
Kalo aku bandingin antara si Kaka dan si adek, si Kaka juga suka permaianan ekstreme , sama kayak emaknya π. Pernah pas aku bungee jumping di Macau, si Kaka minta ikutan juga, tp ga bisa Krn umur dan tinggi bdn yg blm memenuhi syarat.
Tapi dari situ aku jadi berharap, nanti pas dia masuk usia remaja, aku rasanya bakal punya temen yg sehati buat ngelakuin aktifitas ekstreme π.
Kalo skr ini, tiap kali kami traveling, anak selalu aku ajak pas bikin itin. Mereka mau kemana, mau ngeliat apa, aku masukin di dalam ITIN. Jadi setidaknya semua keinginan keluarga terpenuhi. Dengan begitu, mereka nya pun jadi seneng tiap kali ikut traveling bareng ortu nya
anakku juga sejak bayi biasa aku ajakin traveling kak tapi ya mungkin hormon remaja ya, lebih suka kumpul sama temen atau anakku juga moody parah jadi ya gitu deh. seneng ya kalo anak kita punya hobi yg sama π