Sahabats pernah nggak dinyinyirin karena posting foto di luar negeri? Pernah nggak dibilang nggak nasionalis hanya lebih memilih traveling keluar negeri daripada negeri sendiri? Sempet beberapa kali membaca thread di sosmed tentang ini. Dengan mudahnya tuduhan nggak nasionalis itu dilemparkan ke orang-orang yang “pamer” foto overseas traveling mereka yang kemudian dibales dengan komentar, “sirik tanda tak mampu.”
Jujur aku paling males nanggepin war nggak penting macam ini. Semua orang punya pertimbangannya masing-masing. Aku memang belum banyak traveling keluar negeri sih tapi kalau insyaallah ada kesempatan aku nggak bakalan nolak? Untuk menjawab kekisruhan ini, mari kita coba berpikiran terbuka. Katanya, membuka pikiran itu membuat kita menghormati pilihan orang lain.
Kalian sadar nggak sih seberapa besar Indonesia itu??
Duhai para manusia yang hobby nyinyir diluar sana, tahu nggak sih berapa sesungguhnya luas Indonesia? Butuh berapa tahun untuk keliling Indonesia? Berapa banyak duit yang harus kita keluarkan, apalagi harga tiket pesawat tujuan domestik seringkali lebih mahal dari tujuan internasional. Dengan uang 2 juta kita udah bisa bolak-balik ke Singapore atau Malaysia tapi untuk Jakarta – Banda Aceh pp segitu belum tentu cukup. Iya .. setiap mudik ke Aceh per orang bisa hampir 2 jutaan. Itu baru satu tujuan gimana kalau seluruh Indonesia?? Kapan nyicil rumah?? 😛
Kadang suka nggak habis pikir sih sama pemerintah Indonesia, bilangnya mau mempromosikan wisata Indonesia tapi harga tiket suka nggak kira-kira. Katanya suruh cinta produk Indonesia tapi mau beli kain tenun Lombok aja modalnya 1 bulan gaji?? Aku nggak mau menyalahkan pemerintah sepenuhnya sih, mungkin mereka punya pertimbangan lain. Buatku sih Indonesia itu terlalu indah untuk dinikmati hanya dalam layar kaca (TV). Pemerintah sudah selayaknya mengutamakan rakyatnya dulu. Ketika mereka sudah menyaksikan sendiri keindahan Indonesia insyaallah rasa cinta itu akan semakin dalam dan kita pun makin semangat kerja, cari duit, biar bisa traveling lagi. 🙂
Nasionalisme dan traveling buatku nggak ada hubungannya. Rasa nasionalisme itu nggak sesempit tas ransel untuk disangkut-sangkutkan dengan traveling. Justru perjalanan keluar negeri itu membantu aku memahami banyak hal. Dari luar, aku menemukan begitu banyak hal yang harus disyukuri sekaligus diperbaiki dari Indonesia. Dari luar aku menemukan cara pikir baru.
Get out of the box and see it in a different angle
Sebelum traveling keluar aku selalu beranggapan negara lain itu pasti keren dan menyesali kenapa sih Indonesia nggak bisa begitu? Satu contoh aja jargon “Malaysia Trully Asia” itu udah dikenal jutaan orang dan terbukti berhasil medatangkan banyak turis. Aku salah satunya yang penasaran gimana Malaysia ngaku-ngaku trully Asia padahal Indonesia sejuta kali jauh lebih baik. Dalam perjalanan darat dari Johor-KL dengan kereta api, kami melihat kota-kota kecil yang belum tersentuh modernisme. Ayah dan ibu yang menyuapi anaknya sambil melihat kereta lewat, rumah-rumah tua, sapi yang merumput dengan santainya di pinggir stasiun. Pernah liat pemandangan ini dimana ya?? Nggak mau sebut merk ah.. Ternyata dibalik hingar bingar dan gemerlapnya KL masih ada lo beberapa sudut di Malaysia yang belum tersentuh pemerintah.
Bagaimana mungkin negara sekecil itu bisa bikin penasaran orang seluruh dunia dengan jargonnya yang oke banget itu. Satu hal, mereka mau belajar. Mereka memanfaatkan sedikit sumber daya yang mereka punya, mengembangkan, mempromosikan, dan menjaga?? Kita?? Apa yang kita lakukan?? Mungkin Indonesia terlalu pede dengan sumber dayanya tapi sayangnya kita lupa menjaga. Long weekend berarti kerja ekstra berat untuk para petugas kebersihan. Sampah betebaran dimana-mana, vandalisme, bahkan ada yang foto sambil bawa edelweis dan kertas dengan special messages yang setelah itu dibuang begitu aja dengan polosnya. Hello …. ???!!!???
Hanya selemparan batu dari Indonesia itu ada negara mini tapi seluruh dunia mengakui kehebatannya. Negara yang super bersih dan tingkat kedisiplinannya tinggi. Orang mematuhi aturan lalu lintas dan saling menghargai satu sama lain. Malam itu waktu kami naik MRT ada bapak tua yang rela memberikan kursinya. Inget nggak waktu kita pura-pura nggak liat ada ibu hamil pas naik bis? Dan anehnya ketika kejebah macet kita cuma nyalahin pemerintah. Kita sendiri udah tertib lalu lintas belum?? Udah disiplin belum?? Jangan nunggu perubahan datang dong, mulai dari diri sendiri.
Tahu nggak sih kamu masih banyak orang yang beranggapan Indonesia itu Bali. Serius lho ini masih sering terjadi. Waktu aku ke Canada sempet ngobrol dengan turis Prancis yang mengira Indonesia itu bagian dari Bali. Gubraakk!!! Daripada nyinyir yuk kita bantuin pemerintah mempromosikan Indonesia. Ceritakan pada dunia keindahan Indonesia. Bukan cuma Bali, ada Aceh, Padang, Belitung, Banyuwangi, Flores, Bima, Maratua, Raja Ampat, you name it lah sir… we have them all. Menurut para pakar komunikasi cara terbaik mempromosikan sesuatu adalah words of mouth. Saling bercerita. Sampaikan pada dunia keindahan Indonesia meskipun hanya satu ayat eh satu pulau. 😛
Sebagai travel blogger tanggung jawab itu jadi berlipat ganda rasanya. Sekarang jaman serba internet, words of mouth berubah menjadi words of blogs. Semakin banyak cerita indah Indonesia di dunia maya semakin banyak orang berdatangan untuk membuktikan keindahannya di dunia nyata. Travel blogger harus bisa jadi corong informasi bahkan ujung tombaknya promosi Indonesia. Indonesia needs us …. desperatelly.
Sebagai ibu sudah sejak bayi aku mengenalkan Indonesia pada Nadia. Biarlah Nadia melihat dengan matanya, disamping segala masalah dan kekisruhan nggak penting itu masih banyak yang bisa disyukuri dari Indonesia. Keberagaman bahasa, budaya, kecantikan alam yang tanpa tanding, kebebasan beragama. Semoga kelak ketika Nadia besar nanti dia bisa meneruskan cerita indah ini pada dunia.
Butuh perjalanan ribuan kilo untukku menyadari kalau nggak ada masakan yang paling enak selain masakan Indonesia. Tendangan rasa pedas dan rempahnya yang kaya itu … jauh deh dibandingin masakan Korea yang anyep atau Western food yang bumbunya merrica dan garem tok. 😛 Dan butuh bantuan kita (termasuk blogger) untuk mengenalkan masakan Indonesia ini pada dunia. Bukan Cuma cbakso dan nasgor lho pak Obama … Indonessia punya Mie Aceh, mie Celor, sego mangut, coto Makassar, bubur Manado, papeda, dan buanyak lagi.
Jangan ngaku nasionalis deh kalau kita belum menginjakkan kaki keluar negeri. Coba lihat Indonesia dari luar dan kita akan lihat betapa cantik dan hijaunya negeri kita. tapi kita juga tahu apa yang harus kita perbaiki dan kita tingkatkan supaya Indonesia kembali dikenal diluar sono. Cinta itu nggak sekedar kata, tapi butuh tindakan nyata. Jadi mana Indonesiamu sahabats?
Suka dengan tulisannya yang mengalir. Banyak pesan positif tentang nasionalisme 🙂
Setuju sekali Mbak, jleb ini. Tidak ada korelasi tentang jujukan destinasi dengan nasionalisme. Di manapun berada nasionalisme itu memang harus ada. Di dalam hati, yang kadang tidak cukup dijelaskan dengan kata-kata. Negeri ini memang banyak masalah, tapi yang baik pun sebenarnya lebih banyak terlihat kalau kita mau terbuka seperti yang njenengan bilang. Merdeka! Sukses buat lombanya yaa Mbak, good luck 🙂
Aaaak, sukaaa… sukaa…sukaaa!!
Ini tulisan favorit akuuu!
jalan2 terus dikau makkk…aku pengen seperti dirimu bisa jalan2 ke seluruh Indonesia mak…Nadia juga hebat..udah bisa merasakan alam Indonesia yg begitu indah…
insyaallah bisa… nanti bertiga ya sama si kecil 🙂
setuju banget! pokoknya ga ada hubungannya travelling sama nasionalisme. silahkan berpikir Indonesia lebih indah dan lebih kaya, tapi bukan berarti kalau keluar negeri ga ada atau minim nasionalisme
yup.. kemanapun kaki melangkah…disitulah kita menyerap ilmu dan memanfaatkan ilmu itu untuk kemajuan Indonesia ya 🙂
Aku malah dibilang “ambasor wisata di India” hehehe. Woles wae. Setuju deh mbak, Justru karena aku tinggal di Luar negeri, rasa mencitai Indonesia jadi berlebih Lho.
Tapi ya sudahlah, beda pemikiran, beda pemahaman, beda wawasan, beda pengalaman, beda sudut pandang pula. As for me, selama menjejak Bumi Allah yang terpenting mensyukuri dan saling menghormati sesama manusia tanpa memandang Negara. Happy mbolang 🙂 Peace
mang cucok banget mbak Zulfa dibilang ambasadornya wisata India tapi yg penting jiwa tetep merah putih dong 🙂
Kereeeen bangeet tulisannya.Semoga menang yaa..
amiiiinnn… makasih mbak 🙂
amiinn. makasih doanya mbak
Sip…
Klo sy pernah bilang sih Garuda di Dadaku lah yaa meskipun kita halan halan ke negara2 lain.
Sukses lombanya aa
Yup. Garuda tetap nomer satu 🙂
Indonesia tetap nomer satu dimanapun kita berada
Nasionalisme, mencintai bangsa dengan beragam cara. Termasuk bagi kita blogger bisa memperkenalkan Indonesia ya, Kak Muna. Walau dari satu pulau. Yes, semangat menulis lagi tentang Aceh. 🙂
yup… kita harus jadi corong informasi yang benar dan terpercaya ya sebagai blogger. doakan bisa selalu menulis tentang Aceh tercinta, biar orang luar tahu betapa indahnya kampung halaman kita 🙂
Saya belum pernah memamerkan foto jalan-jalan ke luar negeri.. Bukan karena nggak mau, tapi nggak punya.. Lha wong belum pernah jhe… hahaha.. 😀
Soal tanggapan orang atas apa yang kita unggah di media sosial maupun blog, menurut saya tidak perlu terlalu dijadikan beban. Semua terpulang kepada niat kita, apakah mempublikasikan gambar-gambar tersebut memang untuk “pamer” atau berbagi informasi dan kebahagiaan? Itu semua hanya kita dan Tuhan yang tahu. Kita bebas berekspresi dan orang pun bebas menanggapi. So.. biarkan saja.. 🙂
iya uda.. saya juga paling males ikut war-war ga penting gitu. semua orang punya pendapatnya masing2 dan saya menghargai itu. udah gitu aja
Baguuuusss…langsung mlipir dan lupakan lomba ini. Ada Mak Muna. Betul mak. Kita bilang lebih bagus, pasti kalau ada pembandingnya. Tulisannya kereeeen.
aaiihhh.. suka gitu ah. kan sama2 belajar mbak. makasih ya.
Yukk, singsingkan lengan baju untuk cari duit buat halan2 ke mana pun kapan pun <3
Merdekaaaa !!! 🙂
“Dengan uang 2 juta kita udah bisa bolak-balik ke Singapore atau Malaysia tapi untuk Jakarta – Banda Aceh pp segitu belum tentu cukup. Iya .. setiap mudik ke Aceh per orang bisa hampir 2 jutaan.” <- karena ini nih kendala kami belum jadi2 mau main2 lagi ke Aceh. hehehe.. Malah saking mahalnya ongkos Jakarta – Banda Aceh PP, dulu waktu masih di Aceh seringnya main ke negeri tetangga.
sesungguhnya ini semacam curhat terselubung mas 😛
la itulah kemarin aku juga iseng cek tiket .. masa ke Macau 300an ribu doang tapi ke Banda Aceh 1,8juta. sakit nggak sih 🙁
Indonesia itu kaya sekali. Budaya, kuliner, alam, rempah. Pastilah Indonesian dimana mereka berada tetap merah putih darahnya. Meski jalan-jalan ke LN. Bagus tulisannya.
kekayaan itu butuh kita untuk menjaganya dan mengenalkannya pada dunia 🙂
aku borubodur aja belum pernah pergi, tapi aku sangat menikmati setiap orang nulis soal traveling serasa aku yang lagi travelling he…3x
sini kak main ke Jawa kita jalan2 bareng nanti 🙂
setujuuuuu ^o^… ah aku suka baca tulisan ini… aku sndiri jujur aja juga lbh milih k LN mba drpd keliling Indonesia… alasan pertama krn jelas tiket lebih murah… kedua, mumpung aku msh muda, masih kerja di tempat yg skr, jd aku juga lbh mudah minta surat referensi dr kntor utk bikin visa… kalo udh pensiun kan lbh susah lg … cuma ngandelin uang tabungan yg harus banyak biar ga dianggab mw jd imigran gelap ;p..
itu makanya knpa aku lbh milih k LN utk skr ini… kalo indonesia okelah, msh bisa dijelajahi saat pensiun 😀
Kain Lomboknya cakeppppssss menggoda banget ya, tapi pingin juga dapat tiket ke Singapura. Semoga perlahan fasilitas dan mental pariwisata kita meningkat ya kak.. Dalam atau pun luar negeri selalu ada yang bisa dipelajari, dinikmati pastinya.
amiiiinnn … semoga fasilitas makin memadai, makin banyak orang bisa menikmati dan ga lupa menjaga tentunya 🙂
Munaaa … aku sukak banget sama postinganmu ini! Semoga pemerintah kita lebih peduli lagi sama promosi wisata, ya. Tentu semuanya jangan sampai menyurutkan langkah kita untuk traveling sekarang ini. Btw, aku rencana mau traveling ke Malang setelah kenalan dengan blogger traveller seperti dirimu. Gimana, ada kemajuan kan aku? Rugi ya mendem terus di rumah qiqiqi. *alis naik turun* Salam buat Nadia. :*
Apalagi aku yang lelah dinyinyirin karena katanya nggak pernah jalan-jalan di negeri sendiri 😀
yg penting Garuda tetap di dada toh 🙂
Alhamdulillah aku gak pernah dinyinyirin gitu Mbak. Lah wong emang belum pernah ke luar negri. Wkwkwk….
Setuju! Tidak ada korelasi antara destinasi dan nasionalisme.
Bagi kami, yang doyan jalan-jalan namun semua serba terbatas (waktu, kesempatan, anggaran) tetap tak ada masalah.Lah wong Indonesia ini sungguh Indah. Melangkah sedikit keluar rumah saja sudah nemu yang indah-indah. So, tidak ada alasan untuk tidak jalan-jalan.
Btw Mbak, jaket dan perlengkapan gunung kami sudah siap nih, bagaimana,mau ikut naik ke ijen bulan depan?? *komporrrrMledug
huuuuaaaaaa….. mauuuu bangeeeetttt. semenjak di sidoarjo tu udah kebayang2 mo kesini tapi gagal terus T-T
Terimakasih sekali ibu Muna, saya menemukan (lagi) foto arung jeram “PROGO RAFTING” di blog momtraveler ini.
Sedikit menyimpang dari tema, harus saya sampaikan bahwa sebagai bagian dari pelaku usaha pariwisata, jujur kami merasa sangat terbantu dengan artikel-artikel yang menceritakan pengalaman positif bersama kami, seperti yang ibu Muna lakukan.
Memang kami bisa membuat website sendiri sebagai media informasi dan promo di jagat internet, tapi share pengalaman pribadi seperti yang ibu Muna lakukan tentu memberikan efek kepercayaan pembaca yang “lebih” dari yang kami bisa targetkan.
Terimakasih ibu Muna, telah turut mempopulerkan wisata arung jeram Magelang – PROGO RAFTING. Ijinkan kami menikmati ini sebagai bentuk cinta dan persahabatan.
Salam hangat dari Magelang.
:))
pokoknya kita mah jalan-jalan aja terus, Mak. Nikmati setiap perjalanan yang ada. Lupakan kenyinyiran orang wkkwkw
Hehehe, makanya saya memegang teguh prinsip “bebas keluyuran selagi masih lajang”. Karena itu perkara ongkos jalan2 yang mahal bisa ditekan. Namanya juga backpakeran, hehehe.
Ya sebenernya perkara jalan2 ini ya sama seperti hidup, intinya hanya “sabar-sabaran”. Sesabar apa kita nabung. Sesabar apa kita menahan godaan jalan2. Sesabar apa kita diomongin orang2 krn nggak nasionalis.
Nggg, tapi klo saya sendiri sih lebih milih jalan2 di dalam negeri daripada di luar negeri. Bukan berarti nggak pernah ke luar negeri lho. Tapi ya karena senang sama Indonesia saja, jadinya pingin tahu banyak hal yang ada di nusantara ini. Selagi masih bisa bebas keluyuran mbak. 😀
i prefer to travelling abroad than domestic..
tuh…komennya aja udah in English… 😛
tapi aku tetap bangga berpaspor Indonesia 🙂
boleh2 aja tapi Indonesia juga nggak kalah cantik lho. coba deh ke Lombok pasti jatuh cinta deh